Kursus SEM
Salah satu keahlian yang dibutuhkan dalam riset tesis saya adalah menggunakan peralatan SEM (Scanning Electron Microscopy) untuk mengamati mikrostruktur beton. Oleh karena itu pada bulan Juli tahun 2007 lalu, saya, Hakim dan Shariff (teman-teman seperjuangan di sini) bergabung dalam kelas SEM yang diadakan Centre for Microscopy, Characterisation and Analysis di University of Western Australia (UWA) . Hakim berniat meneliti dimensional accuracy (machining), Shariff ingin melihat hasil akhir transformasi tumbuhan wheat yang dipakai jadi penyaring air kotor dan saya sendiri tentu saja ingin melihat meneliti permukaan beton geopolimer dari abu terbang tersebut.
Awalnya kita tidak tahu seperti apa SEM itu. Kita cuma kenal mikroskop biasa untuk melihat benda-benda mungil di permukaan benda. SEM ternyata digunakan untuk tujuan serupa, tapi lebih canggih prosesnya dan lebih jauh jangkauannya sampai ke tingkat mikro. Sebagai surface imaging tool yang menggunakan elektron beam dengan sistem scanning, hasil akhir SEM bisa berupa informasi struktural maupun komposisi material. Terus yang perlu diketahui lagi, ada dua macam beam interactions, yaitu SE (Secondary Electrons) dan BSE (Backscattered Secondary Electrons). Untuk mendapatkan hasil struktural saja kita perlu gunakan menu SE. Sedangkan untuk sampe mengetahui komposisi material, kita gunakan yang BSE.
OK ya, udah ngerti kan, jadi ntar bisa ngikutin gambar-gambar yang bentar lagi ditampilkan.
Setelah mengikuti teori beam, electron, parameter, etc yang benar-benar mirip dengan pelajaran fisika dicampur kimia, kami dikirim ke beberapa orang tutor untuk melaksanakan praktikum. Saya tetap sekelompok dengan Hakim dan Shariff, yang dibimbing oleh Peter sang tutor. Peter pernah tinggal di Jakarta dan kelihatannya antusias banget cerita ke saya kalau dia suka menyetir di Jakarta. “Tidak perlu beli mobil keren di sana, cukup yang biasa-biasa saja, supaya bisa nyalip angkot”, kata Peter setengah bernostalgia yang diiringi tawa keras kami semua. Dia memang suka bikin kaget kalo melucu, walo tertawanya kami lakukan supaya lulus aja… hahaha… sori, Peter! Kami dilatih menggunakan mesin SEM Philips XL30. Btw, perangkat ini termasuk peralatan generasi awal SEM, tidak seperti EVO atau ESEM yang lebih mudah cara pengoperasiannya. Tapi kami tidak merasa ketinggalan zaman, soalnya kami tidak membutuhkan peralatan yang ribet. Paling hanya mengamati permukaan struktur saja. Yang penting hasil gambarnya jelas, akurat dan kelihatan keren di thesis.
Sampel pertama praktikum, melihat binatang mungil yang terdapat di dalam kasur/bantal kita. Surprise, surprise… wah, ternyata bentuk kumbang debu itu bagus yah. Tekstur permukaan badan kumbang seperti sehelai kain yang belum dirapikan. Subhanallah… binatang kecil yang hidupnya dalam busa kasur dan bantal berdebu tak terlihat mata ternyata punya bentuk yang hampir sama dengan kumbang biasa.
Kemudian, dengan memperbesar sekitar 1875x, kami dapat melihat tekstur kulit luar si kumbang. Wow, bener-bener tekstur yang tidak disangka, kan? Saya sampe merinding (begitu tuh, kalo melihat sesuatu yang benar-benar bagus, suka ngalami goosebumps). Dengan bahagia, Peter si tutor memamerkan gambar ini ke tutor lain yang sedang lewat. Katanya the best picture waktu kursus nih. Thank’s to Hakim yang udah sabar memperjelas gambar tekstur ini.
So, basically, waktu ngambil gambar-gambar bagus lewat SEM, kita perlu sedikit jeli mencari gambar yang informatif, punya sudut pandang bagus dan fokus. Jadi, waktu kita menginterpretasikan hasil, sudah jelas dapat memberikan analisis yang bagus. Perlu kesabaran untuk mencari dan mengamati serta menyimpan image-image yang telah kita temukan. Kalo agak jelek juga bisa di edit di Photoshop, hanya tidak direkomendasikan, karena hasilnya tidak murni lagi.
Berbekal kursus singkat tapi mendebarkan selama tiga hari tersebut, saya merasa mulai percaya diri untuk menggunakan mesin SEM yang ada di kampus Curtin. Nanti kita lihat bagaimana hasilnya!
Recent Comments