Kursus Pembelajaran Daring di SPADA

Summer kali ini karena situasi pandemi maka tidak ada jadwal traveling sampai ada undangan khusus. Bersyukur karena tahun lalu luar biasa mobile🙂
Tahun ini, Alhamdulillah, ada kesempatan upgrade metode pengajaran e-learning lewat SPADA Kemdikbud untuk meningkatkan kapabilitas dosen-dosen dalam memberikan kuliah secara daring. Para pengajar adalah dosen-dosen senior dan berpengalaman di bidang pembelajaran daring dari berbagai universitas terkemuka di Indonesia. 

Para pengajar profesional di bidang pembelajaran daring.

Meskipun jadwal kursusnya sangat padat (Senin, Rabu, Jumat), tetapi semua aspek pembelajaran daring secara lengkap diberikan dalam kurikulum webminar tersebut. Aspek teknologi, pedagogi dan materi pembelajaran adalah unsur-unsur pembentuk dalam kuliah daring. 

Ikut kursus tumpuk-tumpuk, serasa Hermione dalam Prisoner of Azkaban (seri Harry Potter). 

Ada aspek teknologi berupa kualitas audio, video, teks, navigasi dan troubleshooting.

Aspek pedagogi berupa strategi pembelajaran, interaktivitas kelas dengan dosen, kualitas penjelasan materi, kualitas umpan balik dari dosen.

Aspek materi pembelajaran, berupa kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran, keakuratan isi materi, kesesuaian tingkat kesulitan dengan pengguna, dan kesesuaian materi dengan app yang digunakan. 

Semua aspek tersebut diberikan dengan lengkap dalam training profesional SPADA tersebut. Kita juga diberikan tugas sebagai evaluasi setelah kuliah. Selama mengikuti kuliah tersebut kita juga bisa mendapatkan ‘sense’ belajar online step by step dengan jadwal yang kita tentukan sendiri. Setelah memahami kuliahnya maka aku bisa mengerjakan tugas sendiri dan mengumpulkannya sesuai tenggat waktu yang diberikan. Ada tugas yang bisa dilaksanakan secara kolaboratif dan evaluasi yang dilakukan dengan tatap maya. 

Berdasarkan pembelajaran daring, terdapat empat ruang belajar, yaitu:
Ruang Belajar 1 = tatap muka
Ruang Belajar 2 = tatap maya
Ruang Belajar 3 = mandiri
Ruang Belajar 4 = kolaborasi

Model yang kupakai tadi adalah 3-4-2.

Ruang Belajar 1-4 (Sumber: Slide Dr. Hatma S dari UGM).

Bayangkan, dari aku yang belum mengetahui apa-apa dan sangat-sangat manual dalam memberikan kuliah daring semester lalu (melalui Whatsapp, meski salah satu fasilitator mengatakan tidak apa-apa untuk membangun interaksi), saat ini bisa merasa sangat ‘kaya’ dengan berbagai filosofi, pengetahuan dan praktek mengenai pembelajaran daring. Alhamdulillah.

Banyak sekali missing link, blank spot, gap, yang tidak pernah terisi, sekarang bisa dengan cepat diidentifikasi dan dicarikan solusinya. 

Tadinya aku tidak tahu cara membuat perkuliahan di laman SPADA, ternyata hari ini sudah bisa membuat mata kuliah sendiri, meski belum sempurna. 

Laman Spada salah satu mata kuliahku. Yay.

Mudah-mudahan setelah mengikuti kuliah daring dengan penuh semangat ini aku bertambah percaya diri menyiapkan materi perkuliahan dan berhasil membuat perkuliahan semester depan lebih efektif dan efisien. 

Pekanbaru, 2020

Repost dari link berikut: https://lowlymonita.blogspot.com/2020/07/kursus-pembelajaran-daring-di-spada.html

Tiba-tiba kita menjadi penggemar Webinar saat WFH

Beberapa tahun lalu aku sempat menjadi pelanggan webinar mengenai penelitian, mereview paper, menulis proposal, membuat artikel, dan aneka topik lain dari Elsevier Publishing Campus (sekarang namanya menjadi Elsevier Researcher Academy).  Apalagi pada masa-masa itu dapat e-certificate sangat menyenangkan, bisa menambah isi CV dan pengetahuan kekinian mengenai riset dan publikasi. Tim Publishing Campus juga generous dengan topik-topik terbaru seperti Networking, Make your publication visible dan career path dalam riset. Semua itu memberikan keahlian dan kompetensi yang diperlukan sebagai seorang peneliti, reviewer dan penulis makalah saat ini. 

Meeting online dengan tim konsultan ACER

Satu bulan setelah WFH berjalan, aku menemukan kesenangan baru, yaitu video meeting online. Meskipun boros pulsa, tapi bisa menyampaikan informasi dan mendapatkan umpan balik dengan cepat lebih melegakan. Kecepatan dalam berinteraksi juga menjadi salah satu ukuran dalam menyelesaikan pekerjaan saat WFH. Kita tetap bisa mengejar ketinggalan dalam pekerjaan dan saat bersamaan tetap produktif. Kita menemukan pola-pola komunikasi baru yang lebih efektif dan efisien lewat video meeting, misalnya harus dapat menyampaikan message dalam waktu singkat, merespon bergantian sehingga semua orang kebagian kesempatan berbicara, bisa merancang meeting dalam waktu singkat, meeting dengan berbagai orang dari negara lain, hingga bisa berbagi layar sambil belajar dan asistensi dengan mahasiswa. 

Webinar Unpad-German Ambassador to Indonesia

Tetapi, setelah dua bulan WFH berjalan, aku malah jadi sering mengikuti webinar. Ini cara pengisi waktu luang yang baru. Apalagi dengan berjalannya waktu, banyak sekali tawaran-tawaran webinar dari berbagai institusi di dalam dan luar negeri untuk berbagi informasi dan pengetahuan mengenai berbagai hal.  Beberapa hal yang dulu hanya bisa diikuti dalam hitungan bulan, tahun, karena ikut seminar atau konferensi, mendadak bisa dijadikan kegiatan harian bahkan berpindah-pindah webinar dari satu tempat ke tempat lain. Hari ini aku mengikuti webinar tentang STEM dari UNJ, setelah itu Indostaff serial talk series dari alumni pelatihan DAAD. Beberapa hari yang lalu webinar dari Unpad dengan mendatangkan Duta Besar Jerman di Indonesia. Next time, aku juga akan register ikut webinar beberapa petinggi Kemendikbud dan tim Baltic Gender di negara-negara Baltic. 

Webinar UNJ-Rachel Sheffield, STEMinist Research Group

Luar biasa hobi baru ini. Tentu saja aku selektif memilih topik, sesuai minat (gender, internationalization, current development in higher education), dan pengisi acara (pimpinan, pejabat Kemendikbud, dan pihak internasional) agar waktu kerja tidak habis juga. Selain ingin tetap mengupdate wawasan di bidang-bidang tersebut, aku juga ingin mempermahir kemampuan English dan menambah vocab melalui seminar bermutu dalam topik yang relevan. Hanya sayangnya hingga saat ini belum ada webinar topik riset yang bisa diikuti, karena dari American Concrete Institute biasanya berbayar.  Kesukaanku pada webinar ini dapat membantu transfer informasi dengan cepat tanpa harus berangkat ke negara tertentu hanya mendengarkan pembicara favorit di bidang-bidang tadi melalui seminar dan konferensi. Mungkin ini akan jadi hobby baru setelah WFD kembali normal. 

Webinar Indostaff Series Talks 1

Pekanbaru, 

Repost dari blog berikut.

Tips Mengajar ‘Mature Students’

Mengajar ‘mature students’ di kelas meski ada hambatan psikologis karena mereka lebih dewasa dari mahasiswa S1, tetapi sebenarnya sangat menyenangkan. Pengalaman mereka banyak. Ilmu tentang kehidupan juga sudah tinggi. Tantangan-tantangan di tempat pekerjaan sudah lama mereka hadapi. Mereka lebih jeli dan sensitif terhadap isu-isu penting dalam kuliah. Seringkali aku mendapatkan inspirasi dari pertanyaan dan kasus-kasus mereka di lapangan untuk bahan kuliah dan materi riset. 

Beberapa waktu lalu aku sempat berdiskusi dengan beberapa mahasiswa S2 di kelas. Sebenarnya mereka adalah praktisi kawakan dari industri konstruksi di berbagai tempat di Riau yang membutuhkan ilmu lanjutan untuk mengatasi tantangan dan kebutuhan di tempat kerja. Mereka mau berkorban untuk datang dan belajar di kampus saat akhir pekan supaya bisa mengikuti kuliah. Untuk bisa sukses memberikan kuliah yang menyenangkan, maka aku memiliki beberapa tips: 

Beberapa tips untuk mengajar ‘mature students’:
1) Setiap orang berhak mendapatkan ilmu dari bangku kuliah. Tidak ada persepsi mereka sudah tua dan tidak perlu S2 karena kedatangan mereka untuk kuliah di tempat kita saja sudah menunjukkan motivasi dan minat belajar tinggi sebagai continuous learner.

2) Terkadang kita menemukan mahasiswa S2 yang sudah lebih senior dari kita sendiri dan tidak legowo jika diberikan kuliah oleh junior mereka. Oleh karena itu jika bertemu senior model begini, sebaiknya sekali-sekali diberi pengertian bahwa mereka berada dalam ruang kuliah kita dan tidak perlu memikirkan umur pengajar karena p apa yang diajarkan itu lebih signifikan daripada siapa yang mengajarkannya.

3) Mahasiswa senior yang suka bertanya dan menerangkan sesuatu sehingga banyak menghabiskan waktu di kelas. Tipsku untuk mengatasi hal ini, yakni minta mereka bertanya menggunakan satu kalimat saja dan meringkas analisis mereka. 

4) Kuliah dengan mereka yang banyak pengalaman sebenarnya tidak sulit. Perbanyak sesi diskusi yang dipandu oleh dosen sehingga mereka bisa mengeksplorasi banyak isu terkait bahan kuliah. Mereka bisa dijadikan partner dosen di kelas, sedangkan kita hanya fasilitatornya. Berikan mereka studi kasus dan minta mereka menerangkan hasil analisis mereka sesuai dengan keahlian di lapangan (seperti dalam foto di atas). Kita mendapat ilmu baru, kuliah lebih dinamis dan mahasiswa senang bisa berpartisipasi aktif dalam kelas. Teknik seperti ini disebut parcipatory teaching (Britta Thege dan Meraike menghargai teknik ini setelah dishare dalam DAAD UKI UMY Seminar Alumni Jerman 2019, exactly hari ini tanggal 2 Desember 2019).

5) Mahasiswa S2 sering khawatir dengan tesis sehingga terbawa-bawa dalam mata kuliah lain. Akan tetapi setelah seminar proposal selesai, biasanya mereka malah terlambat menyelesaikan tesis karena tidak memiliki manajemen waktu yang baik. Beberapa dari mereka malah berperilaku ‘tidak mature’ karena malas berusaha, banyak alasan dan terbiasa tidak berusaha sendiri. Oleh karena itu, aku sering memberikan tips-tips praktis untuk mengerjakan tesis dan berpendapat bahwa ‘tesis yang baik’ adalah tesis yang selesai dan bukan tesis yang berpotensi mendapatkan penghargaan. 

Meski mengajar mature students terkadang tidak bisa terlalu teknis, tetapi aku menyukai respon mereka yang lebih cepat dan profesional dibandingkan mahasiswa S1.  Pengetahuan mereka lebih mendalam dan tinggal diolah sedikit sudah bisa ‘nyambung’ antara teori dengan praktek di lapangan. Oleh sebab itu aku sering terinspirasi dengan mereka yang sebenarnya mau jauh-jauh datang belajar, mau susah-susah belajar dan mau berbaur demi mendapatkan kesempatan belajar banyak hal baru di kampus.

Pekanbaru,

Repost dari: https://lowlymonita.blogspot.com/2019/12/terinspirasi-oleh-mature-students.html

Menjadi Reviewer Jurnal

Salah satu pekerjaan yang cukup menantang sisi keilmuan saya adalah menjadi reviewer untuk jurnal.

Sebagai seorang reviewer, kita harus independen dan tidak terbawa emosi dalam mengevaluasi sebuah riset. Ada kalanya kita harus sabar dan pelan-pelan memahami maksud author dalam mengungkapkan hasil risetnya. Terkadang author terlalu bertele-tele di satu sisi, tetapi di sisi lain terlalu ringkas sehingga maksud penulisan tidak terbaca dengan jelas.

Kadang-kadang kita menemukan ‘missing link’ dalam sebuah penulisan. Saya cenderung memberikan masukan untuk struktur artikel agar ‘flow’ penulisan terjaga dan artikel enak diikuti. Kita harus terus menilai sisi koherensi sebuah artikel dengan obyektif sehingga tidak memiliki praduga awal. Kemudian kita bisa memberi masukan kepada author bagaimana cara agar mereka fokus dan semua teori maupun fakta bisa diliput dalam artikel tersebut.

Di samping itu, data mestilah robust. Untuk menilai sebuah artikel sukses atau tidak, bukan sekadar data dengan penyajian rumit, tetapi data dapat dibaca, dimengerti dan meyakinkan. Terkadang kita harus kembali mengecek metodologi apakah pengambilan data sudah mengikuti prosedur yang benar. Jika ada modifikasi, bagian mana yang dimodif dan apa akibatnya terhadap data.

Format penulisan juga perlu dicocokkan dengan style jurnal target. Author sering mengabaikan hal ini demi mengumpulkan artikel sesuai tenggat waktu mereka. Jika mayor, maka author diminta mengikuti format dengan strict. Jika evaluasinya minor, maka hal-hal kecil seperti salah tanda, typo, tidak perlu dicek semua, hanya berikan contoh dan minta author mengubahnya supaya konsisten dan seragam.

Secara bertahap kita bisa menguji argumen penulis dengan data dan teori yang disajikan. Bagian inilah yang tersulit dalam mereview sebuah artikel. Apakah dengan asumsi awal, metode, data, dan pembahasan, maka didapatkan benang merah tulisan, dan dapat dirangkum dengan baik dalam kesimpulan?  Jika tergambar dengan baik dan kekuatan argumen tinggi dibuktikan dengan fakta hasil penulisan, maka artikel dapat direkomendasikan untuk diterbitkan.

Artikel seperti apa yang pernah saya tolak? Pertama, flow tulisan sulit diikuti. Kedua, data yang disajikan tidak lengkap dan kurang robust. Ketiga, tidak ada benang merah antara masalah, metode, hasil dan kesimpulan.

Bagaimana dengan masukan kita, apakah didengarkan Chief in Editor? Sekitar 90-95% artikel yang saya review, memang diterbitkan dalam jurnal. Ada artikel yang direkomendasikan ditolak, memang ditolak. Tetapi kecil dari 5% artikel yang saya tolak, tetap direkomendasikan untuk diterbitkan. Nah, di sini saya sering mengevaluasi apakah saat mereview saya kurang independen atau kualitas riset outperfomed teknik penulisan. Bagian ini cukup challenging, sehingga harus sering mempelajari style artikel dari sebuah jurnal dan mengikuti kebaruan di bidang riset tertentu.

Mendampingi Mahasiswa ke PIMNAS 31 UNY Yogyakarta

Pada tahun 2006, salah satu tim mahasiswa bimbingan saya berhasil mewakili Universitas Riau ke PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) ke 19 di Malang. Penelitian mengenai serbuk kaca untuk mortar tersebut dipresentasikan ketiga mahasiswa tanpa pendampingan saya yang sedang mempersiapkan diri untuk S3 di Curtin University, Perth.

Alhamdulillah, pada tahun 2018, sekitar 12 tahun kemudian, saya mendapatkan kehormatan mendampingi 2 tim mahasiswa ke ajang bergengsi tersebut. Kedua tim berasal dari tim besar terdiri dari 18 orang berikut.

Satu tim melakukan PKMM (pengabdian kepada masyarakat) dan tim kedua melaksanakan PKMP (penelitian). Tim PKMM mengangkat tema eco-friendly gabion untuk mengatasi erosi tebing, dan tim PKMP meneliti penggunaan serat karet dan abu sekam untuk material perkerasan kaku di tanah gambut. Kedua tim sama kuat dan sama-sama berprestasi sehingga mendapatkan kesempatan membimbing dan mengantarkan mereka ke PIMNAS 31 di Yogyakarta, it was just like ‘an old dream come true’. Akhirnya saya bisa mendampingi tim langsung dan mengalami sendiri PIMNAS yang penuh dengan inovasi, kreasi dan kompetisi.

Saat melihat presentasi dari tim-tim mahasiswa berbagai universitas lain, saya merasa bersyukur sekali karena melihat banyak inovasi oleh tim mahasiswa. Persaingan pada level ini merupakan inovasi, bukan semata keberhasilan penyelesaian program saja. Tim mahasiswa harus siap mental menghadapi pertanyaan, keraguan dan cercaan dari juri. Saya melihat proses ini sangat baik untuk membantu mahasiswa lebih kritis dan asertif dalam berkarya. Sebagai dosen pendamping, saya senang karena mahasiswa bisa melihat keduanya, yakni keunggulan dan kelemahan kegiatan PKM mereka.

Kami berbagi tugas untuk mengamati kelas PKMM dan PKMP serta mempelajari pertanyaan-pertanyaan juri agar kegiatan yang dilaksanakan pada masa mendatang bisa lebih baik lagi. Kesuksesan di PIMNAS tidak hanya pelaksanaan, tetapi eksekusi, kekompakan dan paling penting inovasi untuk menyelesaikan masalah masyarakat.

Semoga suatu hari saya bisa mendampingi mereka (baca: mahasiswa) untuk mendapatkan medali.

Memaknai Tema Tahunan dalam Karir Akademik

Sejak tahun 2012, saya mulai merefleksikan mayoritas kegiatan-kegiatan dan pengembangan diri yang dilakukan pada tahun tersebut menjadi sebuah tema tahunan. Merujuk pada post sebelumnya di tahun 2016, ada beberapa tema tahunan, yakni:

Tahun 2012 = tahun data base (mengupdate, mengumpulkan, dan mereview data serta kinerja)

Tahun 2013 = tahun traveling (ke beberapa negara)

Tahun 2014 = tahun internationalization dan networking (highlight: Unilead Germany dan Alumni Reference Group Australia Awards in Indonesia)

Tahun 2015 = tahun creating content and sharing insight (belajar jadi narasumber, public lecture, conference)

Tahun 2016 = tahun community service (highlight: flipmas Batobo)

Pada tahun ini Allah mengundang saya mengasah skill-skill lain.

Tahun 2017 = tahun mentor, auditor, examiner and reviewer (internal Unri dan external Unri, ISO 9001:2015, Australia Global Alumni).

Tema tahun 2017 ini memiliki pesan amat mendalam selain amanah besar untuk memberikan pertimbangan atau rekomendasi tepat sasaran dan bermanfaat melalui evaluasi dan pertimbangan cermat mengenai kapabilitas seseorang. Menjadi seorang mentor, examiner dan reviewer juga berarti membantu orang lain agar dapat berkontribusi bagi perubahan dan pengembangan di berbagai bidang di Indonesia. Apa yang menjadi keputusan bersama akan dapat mengubah banyak hal dari diri dan orang di sekeliling pelamar sendiri.

Pelajarannya dari kegiatan ini adalah: be humble, treat everybody equal because they’re potential candidates, speak from your heart, and share your knowledge on how to improve their abilities.

Tema tahun ini juga memerlukan networking, manajemen waktu terbaik, daya juang, daya tahan, semangat, integritas, ketajaman berpikir, bisa memberi feedback dengan fair, dan bersikap etis. Thinking outside the box, pengamatan dan mau keluar dari comfort zone. Banyak membaca, rajin diskusi dan mengikuti perkembangan terbaru di bidang ilmu. Harus berani masuk ke situasi-situasi yang tidak familiar lalu menghadapinya dengan profesional tanpa banyak mengeluh. Harus bisa juga membuat keputusan-keputusan kritis berdasarkan fakta, pengalaman dan jam terbang dan merekomendasikan sesuatu yang dampaknya besar dalam jangka panjang serta memiliki multiplier effect di masyarakat. Easy to say, but difficult to imply it.

Tanpa disadari lama-lama saya lebih lincah memberi feedback dan mampu memandang dari berbagai angle kepentingan untuk membuat keputusan.

Alhamdulillah. Moga tema kegiatan tahun berikutnya lebih seru lagi.

Belajar menjadi Auditor Internal ISO 9001:2015

Bulan ini saya mendapat pengalaman mengaudit kinerja sebuah lembaga di Universitas Riau. It’s a new experience, dan sejalan dengan professional development yang saya lakukan pada tahun ini.

Melalui pelatihan dari konsultan profesional di bidang ini, kami berlima dan semua staf diberi kesempatan memahami konsep ISO 9001:2015 pada Oktober 2017 lalu. Setelah itu kami melakukan praktek audit dan mulai mengaudit kinerja beberapa bidang di lembaga tersebut tiga bulan kemudian.

Definisi ISO 9001:2015 adalah akreditasi atau sertifikasi sistem manajemen mutu berorientasi pada kepuasan pelanggan. Sertifikasi diberikan sebagai jaminan bahwa sebuah perusahaan, instansi atau institusi sudah memberikan produk jasa bermutu.

Audit internal berguna untuk mempersiapkan audit eksternal dan menemukan ketidaksesuaian agar organisasi lebih rapi dan terarah. Untuk melaksanakan audit internal perlu mengetahui cara kerja dan kriteria keberhasilan sebuah prosedur.

Saya masih perlu meningkatkan keahlian melalui jam terbang tinggi agar bisa jadi auditor yang efisien, cekatan, sistematik, dan mandiri. Seingat saya, kami pernah belajar konsep audit vs akreditasi dalam training UNILEAD 2015. Audit sangat diperlukan untuk membantu efektivitas dan efisiensi sebuah sistem manajemen agar memenuhi standar mutu pelayanan.

Akhir tahun ini saya juga akan mengaudit diri sendiri agar sesuai dengan standar prosedur pekerjaan sebagai dosen, peneliti dan profesional. Moga layak juga dapat sertifikat ISO. Hihi.

Pekanbaru,

Berpartisipasi dalam Alumni Professional Development Program (APDP)

Program ini merupakan implementasi ‘Alumni Engagement Strategy’ oleh Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) dan Australia Awards in Indonesia (AAI). Kegiatan dilaksanakan oleh Konsorsium universitas di Australia dan Indonesia yang dipimpin oleh Griffith University. Tujuannya untuk meningkatkan jumlah publikasi ilmiah dan mengembangkan networking antara alumni. Peserta yang mengikuti kegiatan dibagi menjadi dua, yakni mentor dan mentee. Kegiatan dilaksanakan dari Mei 2017-Januari 2018.

Motivasi saya mengikuti program ini sederhana saja, “to give back to my profession while building expertise”. Maknanya, saya ingin meningkatkan skill, mengupdate skill, dan membagi skill yang saya miliki dalam hal publikasi penelitian. Selain itu, saya ingin bertemu teman-teman alumni Australia atau alumni universitas negara lain di kegiatan-kegiatan Professional Development seperti ini.

Sebagai salah satu mentor APDP, saya mendapatkan pengalaman berikut:

a) Mentoring sistem menggunakan platform mentoring yang diorganize oleh Griffith University. Platform ini membantu saya berinteraksi dengan organizer, mentee, dan mentor lain. Interaksi dengan mentee dapat dicatat dan dievaluasi oleh organizer di Australia. Secara umum ada beberapa milestones yang perlu dilakukan: develop the rapport, goal setting, mentoring agreement discussion, mid-point assessment feedback exercise dan share your mentoring journey.

b) Update ilmu mengenai pola riset, kinerja riset, pembentukan policy melalui riset, komersialisasi riset. Output riset menjadi tidak terbatas lagi, meski selama ini hanya berupa publikasi ilmiah dalam prosiding dan jurnal. Riset yang berguna bisa dimanfaatkan dalam bentuk product dan public policy (kebijakan publik).

c) Proses mentoring yang challenging. Untuk bisa sukses menjadi mentor, maka harus punya banyak skill. Kita bukan dosen pembimbing yang pasif menanti mahasiswa bimbingan, tetapi kita adalah kolega sang mentee. Mentee bisa dianggap menjadi our young colleague di tempat kerja. Di awal bekerja, saya sudah cukup open-minded dan straightforward dengan sistem mentoring yang saya lakukan. Target saya membantu mereka untuk publikasi sampai selesai (meski program ini berakhir Januari 2018).

d) Teknik mentoring dengan metode blended, sebagian online dan face-to-face workshop. Seperti pada program DIES-DAAD UNILEAD yang pernah saya ikuti, teknik ini membantu menghemat biaya dan waktu karena dilakukan dengan kombinasi workshop dan interaksi online. Saat workshop, kami diberi materi oleh beberapa Profesor dari Australia dengan metode ceramah atau teleconference. Organizer kegiatan ini, yakni Anni dan Helen dan beberapa teman dari UI, UNJ dan Unhas benar-benar luar biasa dalam menjembatani perbedaan budaya dan culture shock yang dialami semua pihak.

e) Networking dengan teman-teman alumni Australia dan alumni negara lain. Kesempatan networking membantu kami saling berbagi informasi kegiatan Professional Development dari link lain atau negara lain, bahkan undangan lanjutan dalam kegiatan-kegiatan akademik di lingkungan universitas mereka. Kesempatan mengeratkan hubungan sesama Alumni Australia selalu saya nantikan, karena target saya setiap ada acara alumni, saya harus dapatkan minimal lima no WA atau kartu nama.

Mentee saya ada tiga orang, dari USU, UIN Sunan Ampel Surabaya dan Departemen Kelautan. Ketiganya alumni Australia dan memiliki bidang-bidang keahlian berbeda. Meski demikian saya tetap optimis kami bisa memenuhi kedua tujuan di atas yakni penulisan artikel ilmiah dan networking. Kami akan ketemu lagi (insya Allah) dalam International Conference Januari 2018 di Jakarta.

Pekanbaru,

Catatan dari Workshop ‘Ayo Cepat Lulus’ Jurusan Teknik Sipil FT Universitas Riau

Sekitar 150 mahasiswa memadati ruangan di hotel MP dekat kampus Unri dalam acara workshop ‘Ayo Cepat Lulus’ yang ditaja Jurusan Teknik Sipil FT Universitas Riau. Kedua narasumber adalah psikolog Hj Aida Malikha MSi (Biru Konsultasi Psikologi Humanika), dan Dr Mirra Noor Milla (UI). Ditinjau dari judul dan sasaran kegiatan, maka dapat disimpulkan bahwa workshop ini merupakan salah satu usaha ‘human approach’ dalam mempercepat masa studi dan meningkatkan jumlah kelulusan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil.

Ibu Hj Aida Malikha memberikan pengantar faktor-faktor yang menyebabkan masa studi lama, yakni malas, terlalu banyak berorganisasi, sibuk bekerja, terlalu banyak sosialisasi dan hambatan tugas akhir. Mahasiswa sendiri menambahkan bahwa lamanya masa studi karena mereka masih memiliki banyak nilai di bawah D, dosen killer, dan pelajaran yang susah. Solusi dari bu Aida adalah menguatkan motivasi, manajemen waktu dan membuat skala prioritas. Untuk meningkatkan motivasi, maka mahasiswa harus menghilangkan mitos-mitos seperti dari daerah belum tentu sukses, dosen killer selalu memberi nilai buruk, dan sebagainya. Mahasiswa harus ulet, ingin jadi role model, dan menyadari adanya keterbatasan waktu dan biaya untuk studi. Manajemen waktu yang baik, disiplin, tidak suka menunda, menyelesaikan apa yang sudah dimulai (teguran buat diri saya), dan rajin bimbingan tugas akhir agar selesai tepat waktu.

Soal skala prioritas, bu Mirra menambahkan bahwa prioritas dihubungkan dengan ‘goals’ atau tujuan. Fokus dengan prioritas membuat mahasiswa tidak mudah melalukan ‘upaya pengalihan’ saat menghadapi sesuatu yang penting tetapi tidak mereka sukai. Selain itu perlu belajar membuat rencana dengan konsep SMART (Specific, Measurable, Attainable, Realistic, Time Bound) sehingga semua target bisa diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, bahkan lebih banyak dari perkiraan semula. Untuk menyelesaikan prioritas, mahasiswa harus banyak memiliki strategi maupun berusaha lebih banyak dengan memunculkan plan A, plan B, serta membuat rewarding time jika suatu tugas selesai agar tercipta ‘work-life balance’.

Catatan dari workshop ini adalah:

a) mitos-mitos tentang studi perlu dibuktikan, karena mitos belum tentu benar

b) buat skala prioritas menggunakan teknik SMART agar cepat lulus dan meminimalisir upaya pengalihan saat menunda-nunda sebuah pekerjaan penting

c) harus banyak strategi dan ikhtiar lebih panjang saat kondisi kurang kondusif

d) jadilah subyek yang mengendalikan keadaan, bukan obyek yang dikendalikan keadaan

e) Utamakan integritas dan values agama serta moral, bukan hanya usaha ilegal supaya mendapatkan nilai terbaik dan cepat lulus.

Sebagai moderator di sesi dosen dan mahasiswa, saya mewakili rekan sejawat sangat mensyukuri terlaksananya kegiatan ini agar perbaikan keadaan dapat dilakukan untuk membantu memperbaiki mindset mahasiswa dan mempercepat kelulusan di Jurusan Teknik Sipil beberapa waktu mendatang. Semoga perbaikan terus-menerus ini akan membuahkan hasil yang gemilang.

Pekanbaru, 16 November 2017

Sukses dengan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)

Berkat mengikuti sosialisasi pelatihan mengenai Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2016 dan 2017, maka diperoleh berbagai tips menarik agar proposal yang dibuat berhasil didanai oleh DIKTI.

Sejak kembali dari studi, saya tidak banyak membimbing program kreativitas mahasiswa karena sibuk bekerja di Kantor Urusan Internasional Universitas Riau. Padahal sebelum studi S3, para mahasiswa di kelompok Research Club yang didirikan pada tahun 2003 sempat berjaya dalam aneka lomba penelitian dan penulisan karya ilmiah di tingkat lokal maupun nasional. Sesaat sebelum studi S3 dimulai, kelompok kami mendapatkan kesempatan untuk maju ke PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) dengan judul penelitian “Pengaruh penambahan bubuk kaca dan fly ash terhadap sifat-sifat mortar”. Ketiga mahasiswa tersebut yakni Indra Kuswoyo, Munawir Sazali dan Hendra Gunawan berangkat ke Malang untuk berlaga di babak lanjutan.

Kembali ke zaman now, pada tahun 2016, satu kelompok mahasiswa bimbingan berhasil memenangkan PKMGT (Gagasan Tertulis) dengan judul “Pembangunan air shelter dalam rangka penanggulangan dampak bencana asap akibat kebakaran lahan gambut di Riau”. Disusul pada tahun 2017, dua kelompok mahasiswa yang mengikuti PKMP (Penelitian) dan PKMM (Pengabdian kepada Masyarakat) mendapat dana dari Belmawa Ristekdikti. Keberhasilan kedua kelompok ini membuat saya lega luar biasa, karena we’re on the right track. Luaran kegiatan PKMP dengan judul “BETGEL-RHA atau Beton Geopolimer Rice Husk Ash sebagai material konstruksi ramah lingkungan gambut” rencananya akan dipresentasikan di The 2nd International Conference on Science and Technology, 15-16 November 2017 di Pekanbaru. Sedangkan hasil kegiatan PKMM berupa buku kreatif dan sosialisasi pada anak-anak SD di Pekanbaru (judul proposal “Buku kreatif sebagai media edukasi pengenalan pelestarian gambut untuk anak usia sekolah”) akan diterbitkan di jurnal pengabdian masyarakat.

PKMM

Tujuan melaksanakan PKM, menurut Prof Sundani (beliau juga expert bidang Pengabdian Kepada Masyarakat Ristekdikti) adalah untuk memberikan tantangan intelektual, belajar menulis proposal ilmiah yang baik, memunculkan solusi dengan karakter kedaerahan dan memamerkan kekuatan intelektual institusi.

PKM perlu memiliki unsur unik, kreatif, bermanfaat dan taat aturan.  Tips untuk sukses menulis proposal PKM dapat disarikan sebagai berikut:

a) Permasalahan administratif diminimalkan, contohnya tidak ada jumlah halaman, jumlah halaman lebih dari 10, dan tidak ada tanda tangan pembimbing.

b) Karya dinilai memiliki kreativitas tinggi, ada kebaruan substansi, produk unik, tidak membawa tema-tema generik, menjawab permasalahan yang sedang populer di masyarakat, dan memiliki unsur kedaerahan.

c) Proposal tepat sasaran, misalnya PKMM untuk masyarakat non-produktif dan PKMT untuk masyarakat produktif. Keduanya membutuhkan surat persetujuan mitra. Tanpa surat tersebut maka proposal mendapat nilai rendah.

d) Rencana Anggaran Biaya (RAB) diestimasi sesuai dengan metode lalu kewajarannya dinilai. RAB tidak untuk honorarium, fotokopi atau membeli peralatan elektronik seperti laptop dan kamera.

e) Proposal dapat menjelaskan secara nalar, memiliki produk intelektual, dan dapat memperbaiki kualitas hidup masyarakat secara langsung/tidak langsung.

f) Kreativitas sesuai dengan anggaran, tidak perlu yang terlalu canggih, dan dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.

Menulis proposal PKM cukup tricky, karena penulisnya belum pernah ikut kuliah Metodologi Penelitian atau training sejenisnya, tetapi dorongan dan bimbingan dari pembimbing sangat diperlukan.

Pekanbaru,