Lab Teknologi Beton Universitas Ho Chi Minh, Saigon, Vietnam

Rasanya tak lengkap datang ke suatu kota tanpa mengunjungi laboratorium di universitas kota tersebut. Hal itulah yang memotivasi kedatangan kami ke laboratorium teknologi bahan Universitas Ho Chi Minh, Saigon, Vietnam setelah mengikuti konferensi ACF/VCA-2008. Setelah mendapatkan ijin berkunjung dari Assoc Prof Nguyen van Chanh, informasi transportasi dan lokasi lab tersebut, saya dan suami mendatangi Universitas Ho Chi Minh keesokan harinya. Kunjungan ke lab ini selain menjadi persyaratan dari pihak sponsor (kampus Curtin University, Australia), juga merupakan kesempatan bagus bagi saya yang sedang mendalami bidang teknologi beton. Tujuan saya hanya satu, untuk melihat beton geopolimer yang telah dikembangkan oleh laboratorium tersebut. Ternyata beton geopolimer tidak kalah pamor di Vietnam, seperti di Australia, mereka giat mengembangkan jenis beton tanpa semen ini. Dari hasil presentasi Prof van Chanh saat di konferensi, beton geopolimer yang mereka hasilkan akan diaplikasikan untuk paving block.

Gedung lab beton itu mengingatkan kami pada lab di kampus Unri. Berbagai gundukan material terletak di depannya. Berkarung-karung manure babi tersusun rapi di dekat tembok lab. Ternyata kotoran hewan tersebut jika dibakar kembali akan menghasilkan semacam abu terbang yang kaya kandungan silika. Sebuah penelitian pemanfaatan abu kotoran sapi, uniknya menemukan peningkatan kuat tekan awal beton pada umur 3 hari. Setelah itu kuat tekan mulai turun, apalagi jika beton diisi kebanyakan dengan abu dari kotoran! Kadang kotoran digunakan sebagai tes media untuk uji ketahanan beton dalam kondisi asam. Kotoran hewan memiliki pH yang sangat rendah karena mikroorganisme dalam kotoran memproduksi asam asetat dan laktat. Penelitian seperti ini umum dilakukan untuk bangunan di daerah pertanian yang rentan terkena kotoran hewan. Beton mudah terkorosi dalam kondisi ekstrim tersebut, sehingga keropos  membuat tulangannya mudah berkarat. Informasi lebih lanjut soal bangunan di daerah pertanian akan saya tuliskan suatu hari nanti.

Prof van Chanh langsung mengenalkan kami kepada para staf serta mahasiswa post grad beliau. Karena ada profesor dari Sydney datang bertamu saat itu juga, maka saya dan suami diajak berkeliling oleh seorang staf yang telah saya kenal di konferensi. Beberapa orang mahasiswapun tak lama malah ikut bersama rombongan kami. Kami melihat beberapa mahasiswa yang sedang mencampur beton geopolimer untuk riset tesis mereka. Benarlah kalau abu terbang untuk beton tersebut warnanya sangat gelap. Tidak seperti di Australia, abu terbang yang mereka gunakan terlihat lebih gelap, menandakan kandungan karbon yang cukup tinggi. Kandungan karbon yang tinggi tidak baik untuk reaksi geopolimer, karena karbon cenderung membentuk ikatan lemah antara partikel sehingga terbentuk semacam beton getas.Mereka memakai campuran NaOH dan sodium silikat untuk larutan aktivator. Metode pembuatan tidak berbeda dengan yang saya gunakan. Hanya saja mereka membuat sampel kecil-kecil, tentu saja dengan agregat berukuran lebih kecil. Hebatnya lagi, sepertinya beton yang mereka hasilkan memiliki workability yang lebih bagus dari beton produksi saya. Terus terang, saya cukup penasaran dengan komposisi yang mereka gunakan.

Laboratorium beton tersebut juga dilengkapi alat-alat untuk menguji sampel yang kecil. Berbagai fasilitas seperti uji kuat lentur, kuat tekan dan serta steam curing benar-benar ada untuk sampel mini. Saya pikir, fasilitas seperti itu sangat membantu mahasiswa untuk riset tanpa harus bekerja keras membuat puluhan sampel besar berukuran standar. Pantaslah mereka terlihat sangat antusias mengerjakan berbagai pekerjaan riset di sini, saya tersenyum dalam  hati. Tidak bisa dibandingkan dengan skala pekerjaan pembuatan beton di lab Curtin. Sambil setengah iri, saya membayangkan lab penuh alat-alat seperti itu di Unri. Sampel berukuran kecil selain hemat waktu, sudah tentu hemat biaya. Mahasiswa tidak perlu membuat adukan percobaan (trial mix) dengan sampel berukuran besar. Jika hasil sampel mini sudah memenuhi kriteria rancangan, maka pembuatan sampel berukuran besar bisa dilaksanakan dengan hasil yang tidak terlalu berbeda.

Berbagai fasilitas dan tipe beton yang dihasilkan sempat dipamerkan para pemandu wisata kami tersebut. Peralatan yang mereka gunakan banyak juga yang berasal dari Eropa. Tampaknya riset di lab tersebut berorientasi pada kebutuhan industri di Vietnam. Terbukti dengan banyaknya hasil penelitian dan pekerjaan yang digunakan untuk berbagai proyek di kota Saigon. Laboratorium di universitas sudah selayaknya  menjadi tempat awal perancangan dan penelitian karakteristik beton untuk berbagai tipe aplikasi lapangan. Riset yang dilakukan pasti jauh lebih efektif karena memang dibutuhkan dan dapat diaplikasikan. Jenis-jenis beton produksi lab tersebut termasuk hasil riset yang hanya pernah saya baca. Maklumlah, pengetahuan saya di bidang teknologi beton kan masih seperti balita, sehingga begitu diperlihatkan beton serat besi dengan kanduang sangat tinggi, saya tertarik sekali. Jenis beton ini sebenarnya telah banyak digunakan di negara Jepang dan Australia. Penggunaan serat yang sedemikian banyak selain untuk meningkatkan kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur, juga  mengurangi resiko retak akibat perubahan suhu, meningkatkan ketahanan korosi dan memiliki ikatan antar pasta yang lebih baik.

Ada pula beton styrofoam yang berlubang-lubang dibuat untuk mengurangi densitas, seperti layaknya beton ringan. Beton seperti ini umumnya dibuat untuk produk non struktural seperti pot, pagar, kursi taman. Mereka juga membuat beton pervious, yang memiliki kandungan aggregat tinggi dengan sedikit mortar. Jenis beton ini telah mendapat tempat dalam aplikasi pavement untuk jalan, karena porositas yang tinggi sehingga dapat dilalui air dan tidak mengganggu lingkungan seperti perkerasan jalan dengan beton padat.

Para mahasiswa tersebut sangat bersemangat menerangkan dalam bahasa Inggris berlogat Vietnam tentang apa saja kepada saya dan suami. Tiap alat, tiap sampel, cara pengujian, semua diperlihatkan dan diterangkan kepada kami. Sebagai tamu jauh, saya dan suami senang sekali dengan keramahan dan sikap antusias para mahasiswa tersebut. Mereka tidak malu saling membantu mengingatkan jika ada yang lupa dengan kosa kata dalam bahasa Inggris.  Tiap orang seperti ingin berbagi pengetahuan mereka tentang riset di lab. Mereka pun mengingatkan saya pada grup Research Club yang pernah ada di jurusan kami. Betapa inginnya saya melihat kembali para mahasiswa yang pernah bergabung di sana, saling bekerja sama dalam penelitian dan membantu dalam penyelesaian laporan. Yah, persis seperti di lab beton ini.

Menarik juga mendengarkan berbagai riset yang telah mereka lakukan di laboratorium itu, ya.

Perth,

Bagi rekan yang menginginkan paper Prof Nguyen van Chanch, dapat dibaca pada link berikut ini.