Pengembangan rumah murah di India, sebuah studi kasus (1)
Pada tanggal 25 Februari 2011 lalu, sebuah wacana menarik muncul di media massa mengenai rumah murah seharga 5 juta rupiah (USD 300). Ide ini diakui Presiden SBY muncul saat beliau melihat prototipe rumah murah tersebut dalam lawatan beliau ke New Delhi baru-baru ini. Seperti biasa, baru saja memberikan ide, sudah muncul pro-kontra di benak para pengembang dan pemerintah daerah. Sebelum kita semua ikut pro atau ikut kontra, saya ingin menuliskan kembali secara kreatif sebuah paper yang pernah saya baca dalam prosiding Symposium on Building Materials for Low income Housing in Asia and the Pacific (1987). Paper yang berjudul ‘Development and Use of Cheap Building Material in Low Income Housing: Case Study- India’, oleh R. D. Gohar (Delhi Development Authority).
Rumah murah merupakan permasalahan paling umum di negara-negara berkembang dengan populasi tinggi. Rendahnya sumber dana, pendapatan perkapita, dan prioritas pemerintah daerah, menjadikan isu rumah murah sering kekurangan peminat. Tidak seperti di Indonesia, pemerintah di negara India telah menyadari hal ini jauh-jauh hari. Untuk menghemat biaya, selain menggunakan rancangan rumah yang memadai, pemilihan bahan baku yang murah, penghematan biaya tukang serta teknologi tepat guna telah diteliti. Kenyataannya, komponen biaya paling besar diserap oleh bahan baku, kemudian tenaga tukang dan terakhir metode konstruksi. Hal ini mendasari pemilihan bahan baku yang murah sebagai solusi dari pokok permasalahan dalam pembuatan rumah murah.
Bahan baku yang digunakan mestilah murah karena mudah didapatkan, layak untuk komponen bahan dan tersedia dalam jumlah besar. Umumnya material seperti kayu, bambu, lumpur, tanah liat tersedia di alam dalam jumlah tak terbatas. Hanya sayangnya teknik pengolahan, tingkat produksi yang rendah serta kebutuhan tinggi menjadikan harga bahan baku tersebut meningkat. Oleh karena itu, selain meneliti bahan-bahan tersedia, pemerintah India juga melakukan penelitian bahan baku baru yang lebih ekonomis dan dapat diproduksi secara efisien.
Beberapa contoh bahan baku yang telah berhasil dikembangkan pemerintah India untuk rumah rumah tersebut, adalah:
a) Lumpur
Lumpur merupakan bahan yang paling murah dan banyak digunakan di rumah-rumah tradisional India. Balok lumpur, bata lumpur dan lumpur itu sendiri dijadikan pengikat untuk pondasi, dinding, ubin dan plaster. Kelemahan lumpur adalah mudah tererosi jika terkena air, meningkatkan kelembaban serta memiliki waktu layan yang singkat. Oleh karena itu, hasil penelitian di India menggunakan lumpur yang dicampur dengan berbagai bahan seperti abu biji-bijian (sekam), aspal hingga kotoran sapi untuk meningkatkan kekuatan, durabilitas dan kekedapan. Semen dan kapur bisa ditambahkan untuk meningkatkan kuat tekan dan ketahanan terhadap rembesan untuk membuat balok lumpur dan pondasi. Sedangkan lumpur yang dicampur tanah liat dapat digunakan untuk membuat bata dan ubin.
b) Bata lempung
Bata umumnya dibuat dari tanah alluvial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa abu terbang dicampur dengan tanah merah dan dibakar dengan teknik dan suhu yang tepat dapat menghasilkan bata dengan mutu lebih baik.
c) Genteng dan ubin lempung
Genteng dan ubin terbuat dari lempung biasanya digunakan untuk penutup atap dan lantai. Berbagai jenis genteng dan ubin dihasilkan sesuai dengan bahan baku lokal. Penelitian ini serupa dengan bata, selain menggunakan berbagai variasi bahan, juga memerlukan teknik pembuatan dengan suhu yang tepat.
d) Semen
Semen merupakan bahan baku paling penting yang digunakan dalam pembuatan rumah murah. Harga semen dapat ditekan jika dicampur dengan abu terbang hingga abu sekam. Penelitian mengenai penggunaan bahan limbah untuk pengganti sebagian semen telah banyak dilakukan, termasuk penggunaan bahan geopolimer untuk mengganti total semen dalam campuran.
e) Beton ringan
Beton ringan untuk insulasi suhu dan api telah banyak diproduksi dengan cara menggunakan agregat ringan seperti lempung maupun abu terbang. Beton ringan biasanya memiliki kuat tekan tinggi, tetapi densitas yang rendah.
f) Bambu dan kayu
Bambu banyak ditemukan di India dan telah digunakan sebagai atap dan dinding. Kayu bekas yang telah pernah digunakan juga merupakan alternatif ideal karena memiliki karakteristik tidak jauh berbeda dari kayu baru. Serpihan kayu juga banyak dimanfaatkan untuk pembuatan particle board ataupun rangka atap.
Aplikasi bahan baku di atas untuk rumah rumah memerlukan penelitian cukup lama guna menghasilkan teknik produksi efektif dan efisien serta bahan baku berkualitas. Salah satu cara untuk mengetahui keberhasilan penggunaan bahan baku tersebut adalah melalui analisis biaya untuk tiap komponen bahan. Hal ini akan saya jelaskan dalam bagian (2) tulisan ini.
Perth,
picture:hedgehogpygmy.com
Recent Comments