Presentasi ‘Green Building Materials’ di Seminar LPJK dan IAI Riau

23 April 2015

Konsep ‘green’ pada bangunan diartikan memenuhi kriteria efisiensi sumber daya, efisiensi energi, konservasi air, kualitas udara dalam ruangan dan terjangkau. Berdasarkan definisi dari Green Building Council Indonesia (2011), ‘green building’ merupakan bangunan yang menggunakan energi, air dan sumber daya lain secara efisien, melindungi kesehatan dan meningkatkan produktivitas penghuni, serta mengurangi limbah, polusi serta degradasi lingkungan.  Untuk bangunan-bangunan masa kini, konsep ‘green’ menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam mendukung pembangunan yang ramah lingkungan dan menggunakan sumber daya secara efisien pada industri konstruksi.

Suatu bangunan disebut ‘green’, bukan berarti memiliki cat luar hijau, tetapi memenuhi kriteria rating dari beberapa institusi. Sebagai contoh, Green Building Council Indonesia menggunakan ‘Greenship Rating’ untuk mengevaluasi bangunan yang mengusung konsep ‘green’. Berbagai kriteria dijabarkan dalam Greenship Rating Criteria meliputi tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi energi, konservasi air, sumber dan siklus material, kesehatan dan kenyamanan dalam ruangan dan manajemen lingkungan bangunan.

Pada presentasi mengenai ‘Green Building Materials’, saya menjelaskan tentang kriteria ‘Sumber dan Siklus Material’ (Material Resources and Cycle- MCR). Pada kriteria ini terdapat berbagai item yang dinilai seperti penggunaan material bekas bangunan lama untuk mengurangi limbah, material hasil proses daur ulang, material dari sumber daya terbarukan dengan masa panen <10 tahun, menggunakan kayu bersertifikat, efisien dalam penggunaan material dan minim sampah, serta dapat diperoleh secara lokal. Contoh2 material yang dijelaskan adalah brick masonry, lightweight steel, recycle aluminium, glue laminated timber dan beton menggunakan limbah industri sepereti geopolimer.

Studi kasus yang dipaparkan ada dua bangunan, yakni a) Green Star Five Star The Curtin Engineering Paviliun, Perth, Australia bernilai AUD 13 juta. Bangunan ini menggunakan efficient lighting system, solar panel, rooftop water tanks, exposed timber beams dan menghemat 32% air/tahun, serta 42% energi/tahun dari bangunan biasa. Studi kasus kedua b) yakni Masdar City, Abu Dhabi, UEA, yang menggunakan bangunan tradisional, 90% recycle aluminium, low carbon concrete, sustainably timber source. Gedung Siemens di Masdar City mendapat rating LEED Platinum dan dapat menghemat 50% energi dari bangunan biasa.

Pekanbaru,

Presentasi Project DIES-UNILEAD DAAD

Maret 2015

Setelah bekerja keras menyelesaikan project untuk workshop UNILEAD, saya dan teman-teman diundang kembali ke Universitat Oldenburg, Jerman, untuk mempresentasikan project tersebut pada Maret 2015.

Pada saat itu saya masih bekerja sebagai Deputi Manager bidang Eksternal di Kantor Urusan Internasional, Universitas Riau (2012-2015). Project yang saya kerjakan, “Development of a Strategic Planning Document for Internationalisation of Universitas Riau 2015-2019” diselesaikan dalam waktu 4 bulan (Oktober-Januari) dengan melibatkan lebih dari 50 stakeholders yang terdiri dari pimpinan eksekutif, kepala unit, ketua program studi/jurusan, guru besar, dan dosen. Strategic Planning Document (Renstra) tersebut dikembangkan dengan mengacu pada Visi dan Misi Universitas, Statuta dan Peraturan Menteri mengenai internasionalisasi universitas. Untuk mengerjakan dokumen tersebut, saya banyak dibantu oleh para pimpinan dan guru besar di Univ Riau dengan memperhatikan trend perkembangan internasionalisasi di universitas besar dan menengah di Indonesia. Selain itu dikembangkan juga dokumen “Student Exchange and Summer Program” bagi prodi/jurusan yang ingin membuka program tersebut.

Pelaksanaan presentasi dibagi menjadi 2 grup. Prof Frank Fischer, dosen Project Management, menyampaikan aturan untuk presentasi, yakni tidak boleh membuka laptop dan handphone, dan kami diminta untuk memberikan apresiasi, respek, berkonsentrasi dan feedback bagi presenter.

Project yang dilaksanakan oleh teman-teman peserta UNILEAD lain disesuaikan dengan bidang kerja dan tuntutan perkembangan di universitas masing-masing. Beberapa orang mengambil isu terkini di perguruan tinggi dunia seperti internasionalisasi, jaminan mutu dan e-learning. Peserta lain memilih program-program pengembangan untuk infrastruktur, SDM, gender, dan special program untuk Engineer.

Saya mendapat kesempatan pertama untuk presentasi di Grup 2. Hal-hal yang disampaikan adalah teknis pelaksanaan project, kendala yang dihadapi dan lesson learned dari project tersebut.

Tim kami mendapat aplaus meriah setelah memperlihatkan dua produk project ini yakni dokumen Renstra dan panduan pelaksanaan Student Exchange Summer Program. Disamping itu saya mendapat tawaran menulis paper secara kolaborasi dengan staf di kampus Oldenburg mengenai perkembangan internasionalisasi Universitas Riau.

Aktivitas ini menjadi salah satu milestone dalam pengembangan kapasitas diri dalam mengerjakan project dengan skala tingkat universitas yang melibatkan banyak unsur stakeholder pada waktu relatif singkat.

Pekanbaru,

Menjadi Anggota The Australia Awards Alumni Reference Group-Indonesia 2014-2016

The Australia Awards Alumni Reference Group-Indonesia adalah perwakilan alumni penerima beasiswa pemerintah Australia yang dipilih dari ribuan profesional di berbagai disiplin ilmu dan bidang pekerjaan. Grup eksekutif ini dibentuk untuk memfasilitasi dan memaksimalkan kontribusi alumni penerima beasiswa pemerintah Australia dalam pembangunan di Indonesia di beberapa bidang seperti Education, Health, Poverty Reduction, Infrastructure, Food Security, Environment and Natural Disaster, Energy and Innovation Technology, and Investment and Business Climate. Kesembilan tim tersebut diketuai oleh Prof Frans Umbu Datta, former Rektor Universitas Nusa Cendana, Kupang.

DSC_2008

Saya terdaftar sebagai anggota tim Infrastruktur untuk ARG 2014-2016, dan telah mengikuti meeting ARG pertama pada tanggal 13 Desember 2014 di Jakarta. Pada pertemuan itu kami mendapat briefing dari tim Knowledge Sector Initiative (KSI) mengenai makna penting knowledge management dan networking untuk membantu menyelesaikan permasalahan pemerintah Indonesia dalam membuat kebijakan publik. Setelah sesi dari tim KSI, tiap tim ARG berdiskusi untuk merumuskan permasalahan yang tengah dihadapi pemerintah Indonesia di bidang yang kami pilih, kemudian membuat road map aktivitas dan action plan untuk jangka waktu 2 tahun sesuai bidang keahlian. Grup infrastuktur memiliki plan untuk mengadakan seminar/workshop, PDA (Professional Development Activity) dan publikasi isu seputar infrastruktur. Berikut adalah contoh plan yang dibuat  grup Infrastructure.

1-2016-06-06

Pembicara kunci kegiatan Meeting ARG 2014-2016 adalah Prof Mari Elka Pangestu, former Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2011-2014). Isu penting yang beliau bicarakan selain pengalaman sekolah di Australia, adalah mengenai perkembangan ekonomi kreatif Indonesia yang didasarkan pada knowledge based economy untuk produktivitas tanpa bergantung pada sumber daya alam. Bu Mari juga menambahkan beberapa contoh menarik produk-produk khas Indonesia yang bisa mendunia seperti games, makanan dan budaya.  Sebenarnya berdasarkan ranking dari The Economist Pocket World Figure 2015, posisi Indonesia dalam bidang ekonomi kreatif adalah no 5 di dunia. Saya tidak heran karena masyarakat Indonesia sejak dulu memang sangat kreatif dan bisa berkembang sendiri menjadi lebih baik jika diberi kail yang tepat. Disamping itu bu Mari juga mengajak untuk mengubah mind set dan berusaha lebih kompetitif agar dapat meningkatkan daya saing bangsa.

DSC_2077

Isi kuliah inspiring Prof Mari malam itu sangat menambah wawasan dan motivasi semua orang. Bagi saya sebagai akademisi, hal yang bisa dilakukan adalah untuk banyak terlibat membantu knowledge sharing dan capacity building di kalangan mahasiswa dan dosen-dosen junior lain, agar menghasilkan pekerjaan berkualitas, memiliki daya saing tinggi, selalu berpikiran maju dan haus ilmu (studi lanjut), dan serta sering berpartisipasi dalam kegiatan positif untuk mengubah mind-set.

Meski jalan masih panjang, keikutsertaan dalam grup ini merupakan langkah lain dalam hidup saya untuk membantu kemajuan bangsa Indonesia.

Pekanbaru,

Photos courtesy of http://www.australiaawardsindo.or.id/en/arg-news/377-arg-annual-meeting-2014.html

Presentasi ‘Living and Studying in Australia’ dalam Seminar Cross Culture KUI UR

Salah satu faktor kesuksesan dalam studi di luar negeri adalah kemampuan adaptasi seseorang dengan budaya asing. Untuk mampu beradaptasi dengan cepat, kita harus mengetahui budaya negeri tempat studi, selalu berpikir positif tentang berbagai hal baru, dan belajar menerima secara adil.

Pada 10 Juni 2014, KUI UR mengadakan seminar Cross Culture dengan target audiens mahasiswa dan staf pengajar. Budaya yang dipaparkan berasal dari negeri Jepang, Inggris, dan Australia. Pembicara untuk seminar ini adalah Megan Elizabeth (UK) menerangkan tentang etika British dalam bergaul, Dr Sigit dan Dr Roza menjelaskan tentang studi dan budaya Jepang, serta saya yang mengenalkan tentang ‘Living and Studying in Australia’.

Tahap mempelajari informasi awal mengenai Australia dan budayanya pada saat itu saya lakukan pada minggu-minggu awal menjejakkan kaki di benua tersebut. Saya ingat di minggu pertama, saya melahap semua brosur, informasi, dan handbook yang diberikan dalam Welcome Package sehingga bisa lebih awal memahami berbagai hal mengenai tempat hidup baru selama 4 tahun berikutnya. Saya belajar mengenai berbagai keunikan orang Australia seperti suka menggunakan bahasa slank, multi kultural, egalitarian, menyukai gaya hidup sehat, outgoing, bangga dengan produk dalam negeri sendiri, cukup informal, menyukai alam dan laut, serta suka menyetir dengan kecepatan tinggi. Beberapa hal lain seperti part time job, time management, strategi studi, learning support, being a moslem in Australia, driving dan leisure activities juga menjadi beberapa topik menarik di kalangan audiens.

Ada beberapa hal yang harus kita navigasi dengan cepat pada awal-awal masa tinggal seperti itu, seperti sistem pemerintahan (agar tidak blank kalau orang menyebut Kevin Rudd, misalnya), jumlah negara bagian dan karakteristiknya (supaya tidak ketinggalan kalau orang berbicara mengenai state tertentu), tempat dan tipe akomodasi (karena masih dalam tahap mencari tempat permanen), tempat berbelanja groceries dan makanan halal (terutama di daerah-daerah tertentu), peta kampus (supaya tidak tersesat di kampus yang lumayan besar), peta dan jadwal transportasi publik ke kampus pulang-pergi atau ke tempat lain (agar efisien dan tidak ketinggalan bis melulus) serta tempat perkumpulan mahasiswa internasional (lebih cepat dapat teman, lebih baik).

Saya anjurkan teman-teman tidak malu-malu bergabung dengan teman-teman internasional, belajar dengan cepat menjadi bagian mereka sekaligus menemukan kesamaan-kesamaan (common ground) serta melakukan aktivitas bersama untuk memperlancar kemampuan komunikasi dan sinkronisasi pemikiran agar menjadi seorang mahasiswa yang mudah beradaptasi.

Pekanbaru,

 

Tips dan Trick Belajar Bahasa Inggris

Beberapa tips dan trick berikut telah saya gunakan untuk menguasai bahasa Inggris, yakni bahasa penting dalam menuntut ilmu dan berkomunikasi dengan orang asing:

a) Lakukan secara rutin. Tidak perlu mengalokasikan waktu tertentu khusus untuk belajar selama beberapa minggu, tetapi sedikit-sedikit setiap hari dan rutin terlaksana ternyata lebih besar dampaknya. Misalnya rutin membaca satu artikel setiap hari dan mendengarkan film berbahasa Inggris di Youtube lebih mudah dilakukan ketimbang belajar khusus setiap hari selama 3 bulan. Jika tiap hari kita membaca satu artikel dan menonton satu film, maka dalam setahun ada 365 artikel dan 365 film dengan ribuan kosa kata baru dan ekspresi baru yang kita dapatkan. Otak lebih mudah menerima dan mengingat perbedaan-perbedaan tersebut.

b) Pelajari budaya asli. Belajar bahasa tetapi tidak mau memahami budaya orang yang menggunakannya (orang Inggris/Australia/USA) ternyata tidak membantu kita belajar bahasa. Masalah utama terletak di ‘sense’ orang asing tersebut dalam situasi tertentu. Kadang-kadang mereka menggunakan kata-kata berbeda untuk mengekspresikan sesuatu pada saat tertentu. Misalnya mereka menggunakan kata-kata ‘gentleman’ dalam situasi formal (akademis, society tertentu), dan ‘bloke’ dalam situasi informal (majalah teenager, percakapan sehari-hari).

c) Perbanyak latihan. Untuk bisa menjawab pertanyaan dalam tes TOEFL, IELTS, etc, maka tidak ada jalan kecuali berlatih memahami tipe-tipe soal. Baru-baru ini saya menggunakan trick sederhana dari sebuah buku latihan IELTS, yakni ‘lakukan secara rutin’ dan ‘gunakan satu handbook’ saja. Surprise, surprise! Penggunaan satu macam handbook untuk belajar berarti kita akan mengulang-ulang pertanyaan yang sama dan kalau dilakukan tanpa memahami tujuannya, maka akan sangat membosankan. Tetapi disitulah letak kunci keberhasilannya. Menggunakan soal yang sama berulang-ulang, akan membantu kita memahami tipe-tipe soal sampai bisa mengenali dan mengingatnya. Kemudian setelah menguasai tipe soal tersebut, kita baru dianjurkan mempelajari buku lain. Tetapi biasanya cukup satu buku, dan cukup diulang-ulang sampai paham.

d) Selalu ambil kesempatan praktek. Biasanya hal ini terjadi saat ada kesempatan mendengarkan ‘native speaker’ berbicara atau praktek ‘speaking/presentation’ di depan para native speaker. Ada perbedaan cara berpikir antara orang asing dengan orang Indonesia, pada khususnya, sehingga kita harus bekerja keras menghantarkan presentasi atau percakapan yang mengalir dan bisa dimengerti oleh semua orang. Terus ambil kesempatan untuk praktek, lalu perhatikan feedback berupa ‘gesture’ atau ‘respond’ dari para native speaker.

e) Tidak boleh menyerah dan terus asah kemampuan. Cara terbaik adalah mengetahui skor kemampuan bahasa Inggris melalui TOEFL atau IELTS. Lakukan tes secara berkala untuk mendapatkan skor tersebut di lembaga bahasa bereputasi. Perbaiki nilai terendah dan lakukan tes lagi untuk mendapatkan feedback atas usaha yang telah kita lakukan. Lupakan ‘comfort zone’ dan pantang menyerah saat mengupayakan skor terbaik. Skor ini tidak hanya berguna sebelum mendapatkan sekolah saja, tetapi juga saat bekerja, misalnya untuk pendaftaran beasiswa kursus atau postdoc.

Pekanbaru,

Strategi untuk PhD Study

Tahun-tahun awal studi yang penuh ‘uncertainty’ menimbulkan banyak pertanyaan. Pada akhirnya ada beberapa pertanyaan yang muncul di awal studi PhD tentang strategi, seperti:

“Apakah cara terbaik yang pernah ada untuk menyelesaikan PhD study ini?”

“Keahlian apa saja yang harus saya miliki supaya studi berjalan lancar dan memberikan hasil yang baik?”

“Sistem organisasi informasi/pekerjaan/waktu atau sistem alokasi sumber daya seperti apa yang harus saya aplikasikan?”

Berbagai pertanyaan yang saya ajukan selama studi tersebut tidak mudah dijawab, kecuali ditemukan sendiri. Saya mungkin bisa menggunakan metode supervisor saya, atau supervisor teman atau teman sendiri, tetapi saya menyadari bahwa diri dan ‘nature of research’ tiap orang itu berbeda-beda. Kalau mau sukses melewati tahap ini, maka saya harus menemukan apa yang saya cari dan punya strategi sendiri untuk mengatasinya.

Untuk menjawab pertanyaan pertama di awal post tadi, saya memiliki jawaban seperti ini: “Style terbaik untuk PhD tergantung dari nature research dan personality. Kenali riset kita, dan cocokkan dengan personality. Misalnya seseorang yang introvert sulit meminta bantuan orang lain, padahal mereka membutuhkan bantuan banyak teknisi dalam melakukan persiapan eksperimen. Si introvert tadi harus belajar bersosialisasi dan mengutarakan permintaan bantuan teknis secara langsung dengan teknisi tanpa melewati supervisor.”

Untuk pertanyaan kedua: sudah saya jawab pada poin e) pada post sebelumnya.

Pertanyaan ketiga bisa dijawab seperti ini:

Untuk pengelolaan waktu, kita harus punya timetable dalam bekerja. Buat timetable besar untuk empat tahun, lalu timetable untuk tiap tahun. Dalam timetable tersebut, kita alokasikan waktu untuk eksperimen, untuk konferensi, untuk publikasi, maupun untuk laporan kemajuan bagi universitas asal, universitas tempat studi maupun sponsor.

Untuk pengelolaan sistem informasi, siapkan sistem back up di hard disk, lalu sinkronisasi komputer kampus dengan laptop pribadi secara berkala. Saya juga memanfaatkan beberapa flashdisk untuk riset, belajar, etc. untuk menghindari overlapping data. Data-data ditulis di log book lalu setelah rapi diprint untuk menghindari kehilangan data. Penggunaan log book dan buku timetable disarankan oleh Dr Wibirama di link berikut.

Alokasi resources/sumber daya sendiri untuk riset ternyata cukup rumit. Saya sering mengalami penundaan karena terlambat memesan bahan baku atau mencarinya. Hal-hal seperti ini perlu diantisipasi jauh-jauh hari dan didiskusikan dengan pengelola lab. Alamat supplier dan harga bahan perlu dikumpulkan kalau kita harus mengorder sendiri. Jika perlu, kita selalu siap dengan stock khusus untuk penelitian untuk menghindari keterlambatan dalam pengambilan data.

Pekanbaru,

Self-Help Books for PhD Study

Saat menjadi mahasiswa tingkat doktoral (atau bahasa kerennya: PhD student), saya dituntut untuk banyak membaca literatur dari bidang keahlian yang dipilih. Alhasil, bukan cuma list bacaan tentang riset saja meningkat, tetapi juga hasil cetak artikelnya juga menumpuk di meja belajar. Tetapi semua bacaan tersebut tidak banyak membantu saya memikirkan penyelesaian PhD secara praktis. Masih banyak yang harus diketahui tentang cara menyelesaikannya.

Pada awalnya saya suka mewawancara teman, staf atau supevisor. Kadang saya setuju dengan arahan mereka, tetapi dasar suka kepengen kreatif, kadang saya ingin memodifikasi cara-cara yang mereka sampaikan sehingga cocok dengan pekerjaan saya. Kadang berhasil, kadang tidak berhasil, sehingga saya memerlukan seseorang/sesuatu untuk menerangkan hal-hal terkait pelaksanaan studi secara ideal.

Suatu hari saat sedang shelving buku (part time job, oh part time job!), saya menemukan deretan buku-buku self-help untuk studi PhD, seperti How to Get a PhD, The Unwritten Rules of PhD Research, Doctorates DownUnder maupun Survival Skills for Scientists. Buku-buku tersebut terdapat dalam versi digital seperti di bookfi.org, etc.

Beberapa poin penting dari buku-buku tersebut yang bisa saya sarikan adalah:

a) Proses penyelesaikan PhD perlu melibatkan aspek psikologi seperti mampu mempertahankan sikap antusias, bisa bekerja secara terisolasi, mandiri tidak tergantung supervisor, dapat mengatasi kebosanan dan rasa frustasi jika ada yang tidak bisa diselesaikan. Kita selalu memerlukan semacam ‘reservoir’ semangat dan hobby supaya tidak mudah stress atau menyerah!

b) PhD adalah studi individual, tetapi bisa mendapat support dari teman-teman yang melakukan PhD. Setiap orang yang pernah mengerjakan PhD, pasti memahami sekali kerumitan dan kepayahan proses studi tersebut. Mereka pasti selalu bersedia memberikan tips, saran, melaksanakan pertemuan, memberikan waktu untuk diskusi, supaya ‘teman’ yang sedang PhD bisa melewati proses tersebut dengan sukses.

c) Hubungan student-supervisor selalu sangat mendominasi pekerjaan riset. ‘Approval’ dari supervisor bermakna sekali dalam tiap pekerjaan. Sebab itu kita disarankan untuk pintar mengelola hubungan ini supaya langgeng, bahkan kalau perlu jauh setelah studi selesai. Supervisor umumnya menyukai mahasiswa penuh inisiatif, punya rencana, tidak gampang menyerah/mengeluh, suka menulis artikel untuk publikasi dan open-minded. Saran terbaik untuk saya yang pernah ada adalah ‘ikuti kata supervisor’ dan ‘jangan menghilangkan rasa antusiasme supervisor kepada kita, si PhD student’. Nah, dari dua tips itu saja, kita semestinya harus tahu jadi seperti apa.

d) Memahami kalau beban wanita/pria dalam proses melaksanakan studi PhD sangat berbeda. Kadang-kadang kita wanita harus rela/berbesar hati mengurangi waktu kumpul-kumpul dengan sesama anggota grup riset karena waktu untuk keluarga saja sudah sulit. Memasak, mencuci, membersihkan rumah, mengurus anak, mengurus administrasi/birokrasi adalah tugas-tugas tambahan yang perlu dimasukkan dalam jadwal riset. Bisa menulis beberapa judul artikel dan tidak berangkat konferensi adalah salah satu pengorbanan bagi wanita. Banyak hal yang tidak perlu diikuti jika bukan masuk dalam prioritas studi PhD.

e) Selalu siap untuk menambah keahlian-keahlian baru, seperti organisasi artikel dalam folder, manajemen waktu, software untuk memproses data, pengoperasian alat-alat canggih, metodologi riset, penulisan paper untuk jurnal berimpact factor besar, cross-culture, public speaking, mengajar mahasiswa asing, maupun cara berbicara pada tamu dari industri yang ingin mengetahui riset kita di laboratorium. Semua ini memerlukan keinginan dan antusiasme serta sikap terbuka supaya tidak terdoktrin bahwa PhD student hanya perlu tahu tentang risetnya saja. Semua pengalaman yang tidak bisa dibeli tersebut sebenarnya sangat berguna tidak hanya pada saat PhD saja, tetapi ketika kita berada di dunia kerja.

Pekanbaru,

Fitur ‘Google Scholar Citations’

Untuk meningkatkan indeks sitasi publikasi peneliti, fitur gratis dari Google Scholar dapat dimanfaatkan. Fungsi fitur tersebut adalah mengumpulkan artikel ilmiah yang pernah dibuat dan diluncurkan secara online oleh beberapa sumber (misalnya repository universitas), membuatkan laman profil peneliti, dan menginformasikan jumlah sitasi per artikel selama kurun waktu tertentu.

Cara mengesetnya sangat mudah:

a) Buat akun google (gmail)

b) Masuk ke googlescholar (scholar.google.com)

c) Klik ‘My Citations’ di bagian atas laman

d) Masuk ke akun.

e) Set ‘Profile’. Masukkan nama, afiliasi, email resmi dan bidang riset

f) Klik ‘Next Step’ dan laman berikut akan terlihat. Untuk menambahkan artikel secara manual, gunakan ‘Add Articles’. Sedangkan untuk mengambil artikel yang tersedia secara online, klik ‘add at articles’ di bagian ‘Article groups’.

g) Artikel telah ditemukan GoogleScholar. Just klik ‘Next’.

h) Profil kita di My Citations GoogleScholar telah selesai diset.

<berhubung dari beberapa minggu lalu hingga kini sangat sulit mengupload picture di blog ini, maka link berikut bisa dirujuk untuk melihat hasil akhir:>

http://scholar.google.com/citations?user=USlDDlEAAAAJ

 

Peneliti dapat melihat h-index dan i-index (pengukuran sitasi) dalam jangka waktu tertentu. Disamping mendapatkan informasi jumlah sitasi baru, peneliti juga dapat melihat peneliti mana/judul artikel yang mensitasi melalui fitur ‘cited by’.

Untuk meningkatkan indeks sitasi, masukkan artikel ke repository universitas, maupun jejaring sosial akademik seperti Academia.edu, ResearchGate dan Mendeley.

Pekanbaru,

Catatan kecil untuk persiapan Mawapres 2015 bagi mahasiswa Teknik Sipil UR

Dear all,
ibu ingin mendorong anda, mahasiswa Teknik Sipil untuk mempersiapkan diri menjadi salah satu Mahasiswa Berprestasi UR 2015.

Dua minggu lalu saya menjadi bagian dari Dewan Juri Mawapres 2014 dan tim telah memilih Sdr Azhari dari HI FISIP UR sebagai Mahasiswa Berprestasi I untuk dikirim ke tingkat nasional. Sdr Azhari memenuhi kriteria citra Mhs Berprestasi UR dengan prestasi seperti juara lomba debat bahasa Inggris dan best paper dalam seminar HI, aktif berbahasa Inggris, mampu menulis karya tulis dengan topik aktual dan mampu menerjemahkan pertanyaan juri yang bersifat abstrak menjadi langkah konkrit. Sdr Azhari tidak menang dengan mudah, karena kompetitornya, Sdri Novi dari FE juga memiliki segudang prestasi yang tidak kalah hebat.

Saya ingin memberikan beberapa masukan bagi mahasiswa TS yang berminat:
a) Persiapan untuk syarat umum: mahasiswa max. semester VIII, IPK minimal 3.00, membuat karya tulis dengan topik tertentu (sesuai panduan) dan memiliki prestasi/kemampuan yang diunggulkan.

b) Prestasi/kemampuan unggulan dapat berupa partisipasi dalam kegiatan seminar sebagai pembicara/peserta, ikut serta sebagai peserta lomba-lomba seperti desain konstruksi, rancang mix design beton, lomba karya tulis ilmiah tingkal lokal/provinsi/nasional/regional/internasional, etc. Sebaiknya seminar dan lomba-lomba yang diikuti mayoritas bidangnya linear dengan bidang ilmu Teknik Sipil untuk mendapatkan nilai tambah.

c) Aktif berbahasa Inggris baik lisan maupun tulisan. Saya mengetahui ada beberapa mahasiswa TS yang mampu presentasi dengan sangat baik dalam bahasa Inggris, tetapi harus diasah kemampuannya dalam menulis tulisan ilmiah. Oleh karena itu, jika berminat, ikutlah workshop/kursus penulisan karya tulis yang rencananya akan diadakan oleh Jurusan. Jika belum fasih berbahasa Inggris, maka cobalah kursus bahasa Inggris di LIA, EF atau Easy Speak.

d) Untuk mengikuti seminar dan lomba, coba masukkan proposal dahulu ke staf PR III.

e) Kegiatan internasional yang dapat diikuti seperti summer camp, summer course, KKN Internasional, dengan biaya pendaftaran cukup terjangkau sekitar Rp 1-2 juta, dapat ditanyakan kepada Kantor Urusan Internasional UR dan sebagian dana mungkin bisa diminta kepada Fakultas dan PR III.

f) Saringan awal adalah di tingkat Jurusan dan Fakultas. Mayoritas juri pada tahap awal lebih memperhatikan pada penulisan karya tulis (keaktualan topik yang diangkat, teknik penulisan dan manfaat penulisan) serta kefasihan berbicara dalam bahasa Inggris.

Masih ada satu tahun lagi. Bagi yang berminat bisa bersiap-siap dari tahun ini.

Panduan lengkap dapat dilihat pada:
http://www.dikti.go.id/id/2014/03/05/panduan-pemilihan-mahasiswa-berprestasi-mawapres-2014/

Demikianlah sumbang saran saya untuk Mahasiswa TS, dari ajang pemilihan Mawapres 2014. Semoga tahun depan ada mahasiswa TS yang mulai berpartisipasi dalam kompetisi ini.

Pekanbaru,

Free Databases

Keterbatasan akses untuk mendapatkan artikel-artikel ilmiah dalam proses meneliti sebenarnya dapat disiasati dengan mencari artikel gratis di internet.

Situs ‘Google Scholar’ telah menjadi sarana paling populer mendapatkan artikel, buku maupun tesis gratis dari berbagai link. Cukup klik simbol [PDF] yang terdapat di sebelah judul artikel, maka artikel tersebut dapat diunduh secara gratis. Selain Google Scholar, beberapa situs database ‘open access’ dan e-books dapat menjadi sumber artikel dan buku tanpa bayar.

Berikut link database untuk jurnal dan buku gratis (klik pada judul):

Databases

1) Academic Journals

2) DOAJ

3) ACS Publications

4) OAJSE

5) Springer (Open) Journal

6) JSTOR

7) Sciencedirect Open Access

8) Trove

9) Portal Garuda DIKTI

10) e-jurnal LIPI

11) SciTech Connect

 

E-Journal Universitas di Indonesia

e-Journal Universitas e-Journal UNNES (http://journal.unnes.ac.id/index.php)

e-Journal IPB ( http://journal.ipb.ac.id/)

e-Journal ITB (http://itb.ac.id/research/journal)

e-Journal UI (http://journal.ui.ac.id)

e-Journal UK Petra (http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/)

e-Journal UM (http://journal.um.ac.id/)

e-Journal UMuh Malang (http://ejournal.umm.ac.id/)

e-journal Unair (http://journal.unair.ac.id/)

e-Journal Undip (http://ejournal.undip.ac.id/)

e-Journal UNNES (http://journal.unnes.ac.id/)

e-Journal UNY (http://journal.uny.ac.id/)

e-Journal USU (http://ejournal.usu.ac.id/)

e-Jurnal IKIP PGRI Semarang (http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/)

e-Jurnal UAD (http://www.journal.uad.ac.id/)

e-Jurnal Udayana (http://ejournal.unud.ac.id/new/home.html)

e-Jurnal UII (http://journal.uii.ac.id/)

e-Jurnal UKSW (http://ejournal.uksw.edu/)

e-Jurnal UMP (http://jurnal.ump.ac.id/)

e-Jurnal UNM (http://ojs.unm.ac.id/)

e-Jurnal Unsoed (http://jurnalonline.unsoed.ac.id/)

e-Jurnal Untad (http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/)

e-books

1) BOOKBOON

2) NAP

3) DOAB

4) Bookfi

5) Bookza

6) Free e-books websites

(sumber: http://www.kopertis12.or.id/2010/08/02/kumpulan-info-penting-untuk-dosen.html dan lain-lain)

Pekanbaru,