Tips menjadi Moderator Keynote Speaker (Pengalaman di GCEE, International Conference, UNM, Malang)

Berdasarkan hitung-hitungan saya sebelumnya, yang hobi ikutan konferensi dan jalan-jalan, pada tahun 2017 ini saya harus mengerem kesukaan hadir di konferensi karena harus fokus menulis di jurnal ilmiah. Sayangnya, event kumpul akademisi sama geng KORIGI tidak boleh dilewatkan meski sekali setahun kali. Sometimes, dengan mereka saya bisa jadi diri sendiri, saintis sejati, geopolymer researcher sungguhan. Haha.

Salah satu pengalaman mengikuti konferensi internasional tidak selalu menjadi peserta, bisa jadi panitia, reviewer dan moderator untuk sesi paralel atau sesi moderator.

Pada konferensi kali ini, GCEE, saya diundang menjadi moderator untuk key note speaker. Sungguh sebuah kehormatan dari teman-teman di Jurusan Teknik Sipil UNM. Pembicara yang diundang berasal dari Kumamoto University, ITB dan SEAMEO Voctech Brunei Darussalam. Monita sebagai keynote dari Universitas Riau dan KORIGI, akan berusaha dengan baik memandu acara paling pertama dalam sesi konferensi.

Sebelum berangkat ke Malang, saya diberi tips dan trik oleh Prof Brian dari University of Canberra, Australia, saat di Jakarta. Untuk menjadi seorang moderator key note speaker yang profesional saya harus melakukan beberapa cara seperti berikut:

  1. Mempersiapkan diri: mencari topik tiap key note, mempelajari CV online speaker, memahami tujuan konferensi, bahkan kalau perlu meminta bahan dari keynote kepada panitia untuk dipelajari di awal.
  2. Mempersiapkan script moderasi singkat (max. 2 halaman) untuk memandu sesi agar lebih selalu on the right track.
  3. Meminta semua keynote speaker untuk duduk bersama di meja sebelum memulai sesi dan memberikan briefing singkat mengenai apa yang moderator lakukan dalam sesi, serta batasan waktu pidato (biasanya 20-30 menit).
  4. Memulai sesi dengan sambutan singkat sambil mengingatkan tujuan konferensi di awal, lalu menerangkan pembagian sesi, yakni memperkenalkan speaker, sesi pidato keynote speaker, dan sesi Q&A.
  5. Membacakan CV speaker dengan singkat dan highlight mengenai pidatonya sambil memberi summary tentang apa yang dibicarakan dari sudut pandang moderator.
  6. Untuk sesi pidato, moderator diberikan waktu sesuai alokasi. Kita harus profesional dan keep the time. Jika perlu, kita interupsi pembicara sesekali untuk mengingatkan waktu dengan sopan dan penuh penyesalan. Pada konferensi ini saya berusaha sangat tepat waktu agar peserta dan panitia nyaman, sehingga sering menginterupsi pembicara dan mengingatkan pembicara berikutnya untuk tepat waktu.
  7. Pada sesi tanya-jawab, ada baiknya kita sudah planted (cari) penanya back-up dari grup kita untuk bertanya kepada salah satu keynote speaker. Hal ini sering dilakukan oleh moderator profesional agar suasana lebih hidup, dan memberikan kesempatan bagi tiap keynote speaker untuk memberikan pandangannya lebih dalam lagi melalui sesi pertanyaan.
  8. Akhiri sesi dengan membacakan summary dari pidato keynote yang telah kita baca sebelumnya atau didengarkan saat sesi. Saya belajar membuat pernyataan dari materi keynote sehari sebelumnya ketimbang memberikan summary random dan tidak relevan di akhir sesi, karena saya perlu mengontrol waktu dan suasana sesi ketimbang memikirkan take home message selama sesi berlangsung.
  9. Akhiri sesi dengan memberi apresiasi kepada universitas, panitia, peserta dan semua yang terlibat secara aktif dalam sesi key note yang menarik tersebut.
  10. Persilakan keynote speaker untuk berfoto bersama dengan pihak universitas, pejabat dan pihak lain yang sudah menunggu kesempatan.
  11. Be an enthusiastic moderator. It depends on you. You’re the ruler. Give a good impression and take home message to everyone from your moderation session.

Pengalaman dalam sesi keynote GCEE 2017 ini benar-benar pondasi supaya bisa moderator profesional dalam berbagai konferensi internasional mendatang. Di akhir acara, beberapa invited speaker memberi apresiasi karena saya berhasil menjalankan sesi dengan luwes, dan menjaga waktu moderasi sesuai jadwal. Ketepatan waktu ini juga sangat dihargai oleh seorang invited speaker dari UK. Saya sendiri sangat bersyukur karena bisa mengembangkan style sendiri tanpa perlu basa-basi agar semua berjalan dengan baik dan berkesan di hati peserta.

Final Year Project Batch S1 (Bagian 04)

Beberapa orang mengikuti saya di belakang saat kembali ke kantor. Saya tidak mengenal mereka dengan baik tetapi saya yakin mereka ada keperluan tertentu untuk menemui saya.

Ternyata ada lima orang mahasiswa yang ingin melakukan penelitian di lab sebagai tugas akhir mereka. Meski tengah sibuk dengan Batch 02, saya beranikan diri membantu lima mahasiswa yang kelihatannya serius ingin bekerja sama. Batch 03, gabungan lima orang yang sok dewasa, kocak, ngawur dan selalu ceria di manapun berada, menambah warna mahasiswa bimbingan TA. Saya mesti putar otak kadang-kadang mendisiplikan mereka. Melihat hasil kerja yang serius dan semangat yang luar biasa, saya ikutan semangat juga. Memang benar, kita ditentukan oleh teman-teman di sekeliling kita. Selama bersama Batch 03, saya selalu merasa ceria meski kadang marah-marah karena merasa kurang pantas diperlakukan demikian. Hasil penelitian yang luar biasa itu bikin tak bisa marah lebih lama. Hingga hari ini persahabatan kami selalu baik dan Batch 03 tetap ada kapanpun ibu membutuhkan mereka. So sweet.

Semua anggota Batch 03 mendapat kesempatan untuk mempublikasikan hasil penelitian mereka di Seminar Nasional di Padang (Unand) dan Pekanbaru (UIR). Satu orang mahasiswa (Ismi) mendapatkan penghargaan sebagai ‘Best Presenter’ untuk tingkat mahasiswa.

Publikasi Batch 03:

  1. Prasetyo, A., Sitompul, I.R., Djauhari, Z., Ismeddiyanto., & Olivia, M. 2016. Kuat tarik belah dan kuat lentur beton OPC dan PCC menggunakan air gambut sebagai air pencampur. Prosiding the 3rd Andalas Civil Engineering (ACE), National Conference. Padang: Universitas Andalas.
  2. Afrian, M., Djauhari, Z., & Olivia, M. 2016. Ketahanan mortar abu sekam padi pada suhu tinggi. Prosiding the 3rd Andalas Civil Engineering (ACE), National Conference. Padang: Universitas Andalas.
  3. Sianturi, R., Darmayanti, L., Saputra, E., & Olivia, M. 2016. Kuat tekan dan porositas beton OPC dan PCC menggunakan air gambut sebagai air pencampur beton. Prosiding the 3rd Andalas Civil Engineering (ACE), National Conference. Padang: Universitas Andalas.
  4. Rahmayani, I.S., Saputra, E., & Olivia, M. 2017. Kuat tekan dan porositas mortar menggunakan bahan tambah bubuk kulit kerang di air gambut. Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Perencanaan (KN-TSP) 2017. Pekanbaru: Universitas Islam Riau.
  5. Ednor, M., Sitompul, I.R., & Olivia, M. 2017. Kuat tekan dan perubahan berat mortar menggunakan bahan tambah abu sekam padi (Rice Husk Ash) di air gambut.Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Perencanaan (KN-TSP) 2017. Pekanbaru: Universitas Islam Riau.

Final Year Project Batch S1 (Bagian 01)

Kode rombongan Batch 00 sudah mulai digunakan pada tahun 2012, saat saya kembali membimbing grup penelitian tugas akhir mahasiswa setelah selesai studi S3. Pada suatu siang di lab, seorang mahasiswa datang menghadap untuk berdiskusi judul tugas akhir. Saya menerimanya, karena ia yang datang meminta saya menjadi pembimbing. Pertimbangannya adalah komitmen mau bekerja di bawah bimbingan saya sehingga ia tentu tidak merasa terpaksa kalau harus bekerja sesuai dengan standar saya. Bisa dibayangkan betapa tingginya hati seorang dosen pembimbing TA itu ya, hehe. Setelah itu beberapa mahasiswa datang lagi ingin dibimbing dan bersedia digojlok dengan puluhan paper berbahasa Inggris.

Rombongan pertama ini paling banyak mengalami suka-duka selama ngelab karena berbagai alasan personal, profesional, teknis dan praktis. Saya juga harus mulai dari nol seperti harus menyemangati, menyiapkan paper dan standar, melatih presentasi, membuatkan langkah-langkah TA dengan saya, dsbnya, termasuk demo membuat geopolimer di lab. Kadang-kadang saya lihat mereka duduk di bawah pohon ketapang sambil mengayak abu sawit untuk bahan penelitian tanpa kenal lelah. Berkat kesigapan dan ketekunan kelompok pertama ini, beberapa orang yang masuk dalam rombongan berikutnya terbantu karena pengetahuan dan tips mereka bekerja di lab.

Mahasiswa di Batch 01 sangat luar biasa dari segi semangat dan kekompakan. Mereka sangat ambisius dan banyak membaca. Hasilnya bisa dilihat dari 2 publikasi di prosiding terindeks Scopus dan mendapatkan best paper award (silver medal) dalam MIGS 2 (Malaysia Indonesia Geopolymer Symposium) 2015 di Surabaya. Topik yang diangkat Batch 01 merupakan topik-topik baru dan belum banyak diteliti sebelumnya. Ada beberapa mahasiswa yang menulis tugas akhir dengan rapi, lengkap dan berbobot tinggi , sehingga mereka seharusnya mendapat gelar S2 ketimbang S1.

Tahun 2014, saya dikejutkan 8 orang mahasiswa yang mau bergabung dalam Batch 02. Meski ramai, mereka selalu rajin bekerja dengan topik masing-masing. Saya sendiri kewalahan pada awalnya, tetapi terbantu karena antusiasme dan kekompakan mereka bekerja di lab. Beberapa mahasiswa mendapatkan hasil penelitian yang baru dan original. Meski demikian, kesulitan membina grup besar adalah waktu bimbingan yang sulit dipenuhi karena kesibukan lain. Saya harus membagi kelompok menjadi beberapa grup kecil dengan topik sama supaya lebih fokus saat bimbingan penulisan laporan tugas akhir. Topik yang dicover seperti beton menggunakan campuran kerang, beton di gambut dan geopolimer dirawat di suhu ruang.

Bersambung ke Part 02, ya.

Dosen dan Kegiatan Pengabdian Masyarakat (Catatan dari Monev Flipmas Batobo April 2016)

12991082_1407215415961797_7121658394406674433_n

Tridharma Perguruan Tinggi merupakan trilogi kewajiban yang harus dilakukan oleh institusi. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Pasal 20 Ayat 2) atau Tri Dharma. Oleh karena itu perlu kesadaran bahwa trilogi tersebut tidak berdiri secara mandiri tetapi memiliki keterkaitan erat satu sama lain untuk semua sivitas akademika seperti dosen dan mahasiswa. Pengajaran memiliki tujuan mentransfer pengetahuan dan membuka cakrawala mahasiswa sebenarnya sering diasumsikan sebagai tugas pokok dosen. Padahal kedua kewajiban lain seperti penelitian dan pengabdian masyarakat seharusnya mendapat prioritas sama pentingnya dengan pengajaran. Penelitian bisa dijadikan ujung tombak pengajaran dan pengabdian kepada masyarakat, karena hasil penelitian dapat mempercepat pengembangan ilmu guna meningkatkan wawasan dosen untuk pengajaran. Hasil penelitian juga dapat membantu perbaikan kesejahteraan dan peningkatan wawasan masyarakat yang masih berada di batas garis kemiskinan dan belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah.

Flipmas Batobo Wilayah Riau sejak dibentuk pada tahun 2012 oleh bapak Padil ST., MT, beranggotakan para akademisi dengan berbagai latar belakang institusi. Flipmas Batobo saat ini telah melakukan berbagai kegiatan di bidang Pengabdian Masyarakat seperti di Kawasan Ekonomi Masyarakat di Batu Bersurat, Kampar dan Bantalan, Tembilahan dengan melibatkan masyarakat seperti petani, peternak dan pedagang yang didukung oleh pemerintah setempat.

Pada tanggal 03 April 2016 di Sekretariat Flipmas Batobo Wilayah Riau, dilaksanakan monitoring dan evaluasi (monev) kinerja Flipmas Batobo. Monev dihadiri oleh para Ketua FI dan FW, dan para profesional pendidik masyarakat (prodikmas). Prof Sundani Nurono Soewandhi (Farmasi ITB) sebagai reviewer Flipmas, memberikan masukan, gagasan dan saran terkait pelaksanaan kegiatan Flipmas Batobo di kedua KEM tersebut.

Kegiatan monev dibuka dengan penjelasan Prof Sundani mengenai ciri khas aktivitas Flipmas yang meliputi a) keikhlasan, b) kebhinekaan, dan kewilayahan. Kegiatan pengabdian yang memiliki dampak besar biasanya tidak hanya bersifat responsif tetapi bersumber dari permasalahan dan kebutuhan masyarakat setempat. Sebab, pengabdian yang berhasil akan tidak hanya mensejahterakan masyarakat tetapi juga membantu mencerdaskan masyarakat. Mengenai kebhinekaan dan kewilayahan, Prof Sundani menekankan keunikan masyarakat Indonesia yang berbasis tradisi dan cenderung mengulangi best practices dari nenek moyang mereka. Apalagi jika di suatu daerah telah terbentuk budaya atau tradisi kuat, maka pola pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan kembali prinsip kearifan lokal akan lebih mudah diterima oleh masyarakat yang terkadang karena intervensi budaya lain telah kehilangan jati dirinya.

Program-program yang berbasis kearifan lokal merupakan daya tarik bagi prodikmas saat bekerja dengan masyarakat. Para prodikmas sebagai perwakilan ilmuwan dari perguruan tinggi di masyarakat memiliki kemampuan nalar menelusuri prinsip-prinsip tersebut melalui penelitian, menerjemahkannya secara ilmiah dan memperkuat implementasinya melalui transfer pengetahuan langsung ke masyarakat. Masyarakat yang telah mengetahui prinsip tersebut tetapi selama ini belum mendapatkan dasar teori ilmiah akan terbuka nalarnya sehingga dapat menggunakan wawasan tersebut untuk mendapatkan hasil akhir yang lebih efektif dan efisien. Kerjasama prodikmas dan masyarakat akan membuahkan hasil berupa peningkatan wawasan, peningkatan kesejahteraaan dan penguatan jati diri masyarakat. Tetapi keberhasilan skema pemberdayaan perlu ditunjang dengan pengetahuan mengenai latar belakang masyarakat dan keunikan atau ciri khas daerah pemberdayaan. Jika masyarakat yang tidak memiliki budaya di tempat baru, contohnya masyarakat transmigrasi, maka usaha tersebut akan memerlukan waktu lebih lama daripada masyarakat yang sudah menemukan keunikan dan keunggulan lokal.

Tim dosen Pro Pengabdian Masyarakat yang ingin aktif berkarya dengan membuat skema-skema pemberdayaan masyarakat aktual dan aplikatif perlu bersinergi dengan pemerintah daerah, ketua masyarakat dan pihak industri melalui dana Corporate Society Responsibility (CSR). Para prodikmas tidak dapat bergerak sendiri melainkan harus bersama-sama dalam tim multidisiplin untuk melakukan proses tersebut. Selain memiliki kemauan, semangat dan kompentensi, untuk membuat kegiatan yang berdampak besar pada masyarakat, prodikmas juga harus melibatkan pemahaman tentang culture/budaya masyarakat yang dibinanya. Untuk itu peran sosiologi yang dapat menjembatani prodikmas dengan masyarakat terasa penting dan akan membantu menjembatani dan mengurangi friksi dengan masyarakat majemuk tersebut. Prodikmas juga sebaiknya meningkatkan people skill, atau keahlian untuk berinteraksi dengan masyarakat dari berbagai latar belakang dan pendidikan. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari melakukan pengabdian kepada masyarakat lewat program kerja yang efektif dan terukur adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan wawasan prodikmas mengenai masyarakat, peningkatan inovasi di bidang penelitian dengan mengambil kasus-kasus aktual yang terjadi di masyarakat, dan perbaikan pola pikir masyarakat serta terciptanya budaya baru di kalangan masyarakat. Hal ini akan menjadikan pengabdian yang dilakukan berhasil, menurut definisi Prof Sundani, yakni tidak hanya mensejahterakan masyarakat, tetapi juga mencerdaskan masyarakat Indonesia.

Acara monev yang penuh inspirasi dan dorongan untuk lebih menyukai membantu masyarakat tersebut berakhir setelah dua jam sesi ceramah dan diskusi oleh Prof Sundani. Diskusi monev ditutup oleh Ketua FI dengan bijak mengutip kisah Einstein tentang manfaat dan sukses, yakni “Orang yang memikirkan sukses belum tentu memberikan manfaat besar bagi lingkungannya. Sedangkan orang yang bermanfaat bagi banyak orang, maka sukses biasanya akan menyertai”.

Pekanbaru,

Written by Monita Olivia

Prodikmas

Post ini sudah dilaunch di http://www.flipmas-batobo.org/2016/04/dosen-dan-kegiatan-pengabdian-kepada.html

Presentasi “Kiat mendapatkan Beasiswa Luar Negeri”

Post ini pernah dimuat di blog pribadi saya: http://lowlymonita.blogspot.co.id/2016/01/berbagi-kiat-mendapatkan-beasiswa-luar.html

Alhamdulillah, minat mahasiswa dan lulusan S1 untuk melanjutkan S2 ke luar negeri saat ini semakin meningkat. Mereka mulai menyadari kalau untuk bersaing di era global akan membutuhkan kompetensi di bidang keahlian dan soft skills seperti kepemimpinan, kemampuan bahasa asing, dan adaptasi dengan berbagai budaya. Disamping itu mereka juga mencari kesempatan untuk memperluas wawasan melalui hidup di negara asing secara mandiri, jalan-jalan gratis dan tentu saja teman-teman berbagai bangsa. Berhubung semua kompetensi dan kesempatan itu mahal harganya dan tidak dapat dibiayai oleh beasiswa ADB (Ayah dan Bunda) saja, maka mereka bersemangat mencoba mendapatkan beasiswa luar negeri dari berbagai negara donor. 

Post ini ditulis sehubungan dengan undangan Kelas Persiapan Beasiswa (KPB) Riau pada Sabtu, 16 Januari 2016.


Kegiatan berbagi informasi kebiasaan belajar di luar negeri, khususnya UK pernah  saya lakukan pada tahun 2002-2003. Pada masa itu, hal yang ditekankan bagi mahasiswa adalah kemandirian, adaptasi dan kerja keras agar dapat lulus tepat waktu. 


Berbagi kiat mendapatkan beasiswa luar negeri baru dimulai pada tahun 2012, saat organisasi mahasiswa (BEM Faperta, BEM Fakultas Teknik, BEM FMIPA) mulai mengundang beberapa dosen senior dan diriku untuk memotivasi mereka studi di luar negeri. Pada tahap ini mahasiswa dikenalkan dengan jenis-jenis beasiswa yang tersedia dan tips belajar bahasa Inggris selama masih studi S1. Kemampuan Bahasa Inggris selalu menjadi ‘tiket’ untuk bisa mendapatkan beasiswa luar negeri, tetapi untuk mendapatkan keahlian tersebut tidak mudah karena harus dibangun bertahun-tahun lamanya.


Pencari beasiswa pada awalnya seperti masuk ke dalam hutan tanpa perencanaan. Banyak yang tidak mengetahui cara mencari informasi beasiswa, jenis beasiswa, tipe beasiswa populer, dan kiat mendapatkannya. Hal yang terpenting menurut peraih beasiswa umumnya (2014) adalah menentukan jenis beasiswa, mendapatkan informasi detil, mempersiapkan persyaratan, mulai mengisi formulir aplikasi, mengontak universitas, mengontak teman-teman baru yang pernah studi di universitas tersebut, mengirim formulir sambil berkejaran dengan tenggat waktu dan melupakan semuanya sampai ada kabar. 


Australia Development Scholarships adalah beasiswa lain yang saya terima pada tahun 2006 untuk studi S3. Sebenarnya saya telah lama berniat menjadi salah satu penerima beasiswa ADS, apalagi setelah bertemu teman-teman penerima beasiswa ADS di IALF Denpasar (1999) yang memiliki kualifikasi dan kemampuan bahasa Inggris di atas rata-rata. Selain itu ada beberapa alasan mengapa saya memilih studi di Australia dan beasiswa ADS. Pertama, beasiswa ADS sangat populer karena memberikan tunjangan penuh, kursus persiapan bahasa Inggris dan studi di Australia, dan memiliki manajemen beasiswa yang bagus. Kedua, riset terkini yang ditawarkan oleh universitas dengan fasilitas lengkap. Ketiga, negara multikultural, multi budaya, tidak jauh dari Indonesia dengan iklim Mediterania, sub tropis, dan tropis dengan gaya hidup, flora dan fauna unik (2014). Keempat, kesempatan untuk melakukan perjalanan heroik guna menemukan jati diri dan mengembangkan kepribadian. Kelima, jalan-jalan dan tinggal sementara di bagian Selatan bumi pasti sangat menyenangkan!

Oh, tentu saja ada banyak masalah saat studi (2015). Tetapi hal tersebut pasti bisa diatasi dengan percaya bahwa semua hal itu baik, telah ditentukan, dan berasal dari Allah SWT. Pada masa sulit kita harus tetap mencari jalan keluar dan tidak takut pada kesulitan yang menghadang di depan. Ada baiknya tetap berusaha dan berjuang tanpa kenal lelah agar semua kesulitan dapat diatasi. Kegigihan, nyali, dan keyakinan kuat bahwa Allah SWT akan memberi jalan keluar dapat mengurangi rasa letih dan putus asa selama proses tersebut.

Pada tahap berikutnya dalam sesi berbagi info studi di luar negeri (2016), saya lebih tertarik membahas prinsip dasar dan strategi untuk mendapatkan sebuah beasiswa, termasuk mengisi formulir dengan teliti! Pertanyaan-pertanyaan yang paling menentukan dalam keberhasilan beasiswa selalu terkait relevansi bidang studi tujuan dengan kompetensi dasar kita, kemudian relevansi bidang studi dengan fokus beasiswa, dan dampak studi lanjut bagi diri dan karir individu maupun masyarakat di Indonesia. 

 

Anyway, untuk bisa sukses mendapatkan beasiswa luar negeri maka perlu serangkaian langkah yang membutuhkan kerja keras tidak mengenal lelah dalam waktu tertentu. Keberhasilan mendapatkan beasiswa adalah satu hal, sedangkan berhasil menjalankannya saat studi lanjut adalah masalah berbeda. Untuk tahap ini, fokus dulu pada mendapatkan beasiswa, lalu pikirkan langkah selanjutnya untuk studi dengan sukses di luar negeri. 

Selamat berusaha, dan jangan lupa berbagi informasi cara mendapatkannya di kemudian hari.

Pekanbaru,

Creating Content and Sharing Insight

Sedikit review tahun-tahun berjalan sejak kembali dari sekolah di Australia,

tahun 2012: tahun administration (merapikan arsip, mengumpulkan data, menyusun database)

tahun 2013: tahun traveling (mengunjungi hubby, keluarga dan teman di luar negeri)

tahun 2014: tahun internationalization and networking (mengerjakan project internasionalisasi dan bertemu banyak teman maupun orang-orang penting dari empat benua)

tahun 2015: tahun creating content and sharing insight (mengumpulkan ide dan berbagi pandangan di mana-mana)


tahun 2016: barangkali akan jadi tahun yang… (tergantung aktivitas tahun ini, barangkali temanya ‘community service’)


Awal tahun baru ini saya belajar terminologi baru ‘creating content dan sharing insight’, meskipun tahun 2015 lalu sudah dilakukan sambil berlari di berbagai tempat. Pada tahun 2015, kesempatan untuk berbagi ilmu tidak hanya di bidang penelitian melalui konferensi, tetapi juga bidang green building materials, penulisan ilmiah, kreativitas mahasiswa, motivasi, kepemimpinan di era MEA, gender equality, studi S3 di Australia, dan kuliah umum mengenai material konstruksi di tanah gambut sewaktu mengunjungi University of Yamaguchi, Jepang.

Term tersebut, creating content and sharing insight (mengumpulkan ide dan berbagi pandangan), seperti yang ditulis oleh Dorie Clark di hbr.org dalam post ‘How Can I Ensure I’m More Valuable at the End of the Year than I was at the Beginning’, menjadi bagian dari Professional Development Activity (Kegiatan Pengembangan Profesional) dalam hidup dan karir seseorang. Maksudnya, ‘creating content’ adalah menuliskan ide/ilmu untuk mengkristalisasi pengetahuan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan mengikat orang lain, sedangkan ‘sharing insight’ berarti membentuk personal brand (imej pribadi) dengan cara berbagi ilmu dengan publik/komunitas. Keuntungan yang diperoleh adalah pemahaman mendalam tentang bidang keahlian dan mendapatkan pengakuan publik mengenai keahlian kita. 

Agar bisa ‘creating content dan sharing insight’ dengan baik, tentulah kita perlu memperluas ilmu dan wawasan mengenai sebuah topik. Pengalaman presentasi dan belajar internasionalisasi selama ini di KUI, di Jerman, presentasi materi untuk mahasiswa di kampus maupun presentasi penelitian di konferensi internasional telah membantu dengan cepat untuk menyusun content yang tepat untuk setiap event. Selain itu, berbagi pandangan berdasarkan pengalaman pribadi biasanya lebih enak diikuti dan membekas di dalam hati audiens.


Untuk memulai tahun 2016, Bismillahirrahmanirrahim, telah ada undangan berbagi ilmu mengenai beasiswa luar negeri dan sekolah di luar negeri oleh komunitas anak muda lokal yang mencari beasiswa. Mudah-mudahan tema tahun ini, community service bisa dijalankan dengan baik. Semangat.


Pekanbaru, 

beautiful 2016 is waiting

Manajemen Pekerjaan Dosen

Setiap dosen mengetahui bahwa mereka punya tiga pekerjaan penting di universitas:

a) Pengajaran: mengajar, memeriksa, membimbing tugas/praktikum, membimbing tugas akhir dan kerja praktek, membimbing karya ilmiah mahasiswa,

b) Penelitian: meneliti, mempublikasikan hasil penelitian, menulis buku, menulis artikel, menulis proposal, mengelola penelitian,

c) Pengabdian masyarakat: mengembangkan penelitian menjadi pengabdian, memberikan penyuluhan/informasi, membantu instansi,

dan ada pekerjaan lain yang disebut:

d) Penunjang: menambah kompetensi, menjadi pengurus/panitia, mengerjakan pekerjaan administrasi, etc.

Tetapi, pada prakteknya banyak dosen tidak membuat perencanaan tahunan untuk mengerjakan pekerjaan di atas. Kadang-kadang hanya mengikuti saja apa yang dilakukan rekan sejawat atau apa yang diinginkan atasan pada waktu tertentu. Padahal dosen memiliki keleluasaan untuk memperkirakan penggunaan waktu yang efisien dan sumber daya yang dimiliki sehingga efektif mencapai tujuan.

Oleh karena itu, setiap awal tahun, dosen diharuskan memiliki rencana konkrit untuk output yang ingin dicapai, misalnya, 2 artikel diterbitkan di seminar/jurnal nasional, 2 artikel di seminar/jurnal internasional, 2 kegiatan pengabdian masyarakat dan 2 modul kuliah pada minggu/bulan tertentu. Di luar waktu-waktu tersebut, dosen bisa fokus untuk melakukan tugas-tugas penunjang dan mengembangkan diri.

Pekanbaru,

Dosen Punya Banyak Minat

Dosen punyaOLYMPUS DIGITAL CAMERA banyak minat kini makin terdengar wajar saja.

Apalagi dalam beberapa tahun belakangan ini kita bisa mengakses arus informasi dari internet untuk mendapatkan data, ide, inspirasi, dan keahlian baru sehingga membuka peluang mengerjakan berbagai hal yang belum pernah dipikirkan sebelumnya. Misalnya, beberapa dosen dari berbagai jurusan menggunakan keahlian masing-masing untuk bekerja sama secara multi disiplin mengerjakan suatu topik penelitian mengenai lingkungan. Atau, seorang dosen bisa mengerjakan beberapa topik secara simultan karena memiliki beberapa minat dan keahlian yang tidak dimiliki orang lain.

Banyak dosen yang punya banyak minat telah mempraktekkan hal tersebut dan sukses di berbagai bidang. Hal ini menjadi suatu keahlian bagi dosen tersebut untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dan membantu perbaikan kehidupan masyarakat. Sedangkan bagi institusi, partisipasi dosen di berbagai bidang dapat membantu atmosfir akademik menjadi lebih dinamis sehingga gairah meneliti dan pengabdian masyarakat lebih tinggi. Berbagai ide-ide baru dapat dibawa ke kampus dan diselesaikan bersama-sama dengan sesama rekan dosen tanpa membedakan latar belakang kompetensi. Demikianlah cara sebuah institusi berkembang menghadapi tantangan dengan menjadi salah satu problem solver permasalahan yang dihadapi masyarakat di sekitarnya.

Kembali ke dosen punya banyak minat tadi, sudah tentu tidak mengapa asal tidak melalaikan kewajiban dan menghabiskan waktu untuk mengerjakan tanggung jawab utama selama mereka mampu. Jika berkarir sebagai dosen adalah sebuah rahmat dari Allah SWT, maka semua minat dan keahlian tersebut ditujukan untuk mengerjakan hal-hal baik bagi diri dan lingkungan sekitarnya.

Pekanbaru,

Kolaborasi Internasional FT UR dengan Universitas di Jepang

Kolaborasi internasional di Fakultas Teknik pada tahun 2015 merupakan tindak lanjut dari penandatanganan MOU dengan Faculty of Engineering University of Miyazaki di tahun sebelumnya. Pada bulan Oktober 2015, tim yang terdiri dari Dekan FT UR, Koordinator Prodi Magister Teknik Sipil UR, dan dosen MTS UR melaksanakan perjalanan ke tiga universitas di Jepang, yakni University of Miyazaki, Saga University dan Yamaguchi University.

Pertemuan dengan pihak Fakultas Teknik University of Miyazaki dihadiri oleh Dekan, pimpinan unit, profesor, dosen, dan Prof Murakami sebagai wakil ketua Kantor Urusan Internasional FT UOM. Pada saat itu dipresentasikan rencana pembukaan Double Degree Program (DDP) antara MTS FT UR dan Master Program in Civil Engineering OUM. Kedua belah pihak sepakat untuk melaksanakan kegiatan tersebut pada tahun 2017. Kami juga mendapat kesempatan untuk berbincang dengan Vice Rector I UOM tentang berbagai peluang kolaborasi yang dapat dilaksanakan dengan Universitas Riau. Selain bertemu pimpinan universitas, kami mengunjungi project coastal di Miyazaki dan sekitarnya.

Kunjungan berikutnya ke Saga University untuk menemui Prof Arai di Faculty of Engineering. Setelah melakukan presentasi mengenai UR dan hasil riset terkini mengenai mitigasi bencana asap, Dr Ari dan Dr Sigit berpeluang melakukan kerja sama riset dengan Prof Arai. Sebelum kunjungan berakhir, kami sempat berdiskusi dengan Dekan Faculty of Engineering Saga University mengenai kemungkinan pelaksanaan MOU dengan Saga University pada tahun 2017. Beberapa tempat menarik di kota Saga sempat dikunjungi seperti Saga Castle dan Municipal Building untuk melihat pemandangan Saga dari tempat paling tinggi di kota itu.

Perjalanan ke Yamaguchi University dipandu oleh Sensei Yamamoto, kawan lama kami yang sering berkunjung ke Bengkalis, Riau. Setelah bertemu dengan Dekan Fakultas Teknik YM untuk diskusi mengenai potensi kolaborasi riset dan kerjasama, kami diantar untuk melihat-lihat kampus, mendengarkan presentasi mengenai riset sensei Yamamoto di Bengkalis dan makan siang di kafe kampus. Siang itu setelah shalat Dzuhur,  Prof Adrianto (Dekan FT UR), Dr Ari dan saya akan memberikan kuliah umum di depan mahasiswa dan dosen Faculty of Engineering YM. Terus terang inilah pengalaman pertama saya berbicara mengenai riset material untuk lahan gambut di luar negeri. Saya berharap lebih banyak kesempatan serupa untuk belajar memaparkan riset dan menarik minat kolaborasi mengenai bidang ini.

Setelah mengunjungi ketiga universitas tersebut, ada beberapa hal yang bisa dipelajari a) persiapan matang merupakan kunci efektivitas kerja sama, b) data lengkap dan akurat mengenai universitas perlu diperbarui secara teratur, c) lain padang lain belalang, kita harus bisa tepat waktu mengikuti jadwal mereka, d) eksekusi kegiatan dilaksanakan sesegera mungkin untuk tetap menarik minat kolaborator, e) agar kolaborasi internasional berhasil dengan baik, maka perlu melibatkan lebih banyak stakeholder dan unit kerja di universitas sendiri.

Pekanbaru,

Alumni Sharing Session to Australia Awards PhD Awardees

Jakarta, 22 Oktober 2015

Undangan untuk berbagi pengalaman saat PhD mendadak datang dari PostAwards Officer, mbak Rosi dan mas Danny di Australia Awards Indonesia. Saya tetap berpikir positif saja meski sedikit nervous karena pengalaman studi PhD kala itu banyak drama daripada lancar dan senangnya. Didorong keinginan kuat untuk berbagi, saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini, Bismillah, saya datang ke kampus IALF di Plaza Kuningan, Menara Selatan, Jakarta.

Di kantor sudah menunggu  Prof Brian, bu Catharina dan pak Agus. Pak Agus, teman lama di Curtin, juga akan berbagi kisah inspiratif beliau selama PhD. Saya tidak heran mendengar succes story beliau, karena memang sukses sekali dan berhasil menjadi salah satu seleb Australia Awards Indonesia saat ini.

Untuk sharing session ini kami diwanti-wanti agar menceritakan masalah selama PhD dan apa yang telah kami lakukan untuk mengatasinya. Pak Agus berbagi tentang pengalaman jatuh-bangun selama studi sampai akhirnya beliau mendapatkan award pertama untuk risetnya. Kesuksesan terus berlanjut hingga beliau mendapat Habibie Award untuk riset beliau bagi masyarakat di Gunung Kidul yang kesulitan mendapatkan air bersih. Beliau menunjukkan sikap pantang menyerah meski harus berkutat dengan hal-hal tak disangka dan harus bekerja mandiri untuk catch up dengan waktu yang diberikan donor beasiswa.

Saya hanya berbagi informasi mengenai masalah akademik dan adaptasi budaya. Beberapa masalah akademik yang sering dihadapi mahasiswa Indonesia adalah kemampuan riset dan hubungan mahasiswa-pembimbing. Kemampuan riset seperti paraphrasing/summarizing, writing, dan academic presentation mestinya sudah dimiliki, tetapi baru dipelajari di tahun-tahun awal studi. Akibatnya banyak mahasiswa yang tersangkut kasus plagiarism, terlambat menulis atau mempublikasikan risetnya. Sedangkan masalah dengan pembimbing, biasanya terkait komunikasi, personality clash, pembimbing tidak berpengalaman, terlalu sibuk, atau pembimbing tidak punya waktu untuk kita.

Masalah budaya ternyata cukup berat bagi beberapa orang yang belum pernah tinggal di budaya berbeda. Mereka biasanya mengalami gegar budaya setelah melihat perbedaan-perbedaan yang kurang mengena di budaya lama. Tetapi kemampuan adaptasi budaya yang cepat, seperti langsung berintegrasi dengan budaya lokal dan bisa menginterpretasikan budaya lain dengan mudah, akan membantu proses tersebut tanpa perlu terlalu lama menderita.

Prof Brian setuju saya menyinggung tentang isu Reversed Culture Shock, sebab masa untuk beradaptasi kembali sering terasa lebih menyulitkan daripada menerima budaya baru. Ada beberapa tips untuk smooth adjustment yang saya paparkan, diantaranya berusaha memahami bahwa tidak hanya diri sendiri yang berubah, tetapi orang lain juga berubah, serta mau bersabar karena semua orang perlu waktu untuk merasa nyaman satu sama lain. Untuk tips lengkapnya, bisa dilihat di post berikut.

Saya merasa senang bisa berbagi tips dengan mereka. Semoga suatu hari bisa berbagi lagi.

Jakarta,