Kolaborasi Internasional FT UR dengan Universitas di Jepang

Kolaborasi internasional di Fakultas Teknik pada tahun 2015 merupakan tindak lanjut dari penandatanganan MOU dengan Faculty of Engineering University of Miyazaki di tahun sebelumnya. Pada bulan Oktober 2015, tim yang terdiri dari Dekan FT UR, Koordinator Prodi Magister Teknik Sipil UR, dan dosen MTS UR melaksanakan perjalanan ke tiga universitas di Jepang, yakni University of Miyazaki, Saga University dan Yamaguchi University.

Pertemuan dengan pihak Fakultas Teknik University of Miyazaki dihadiri oleh Dekan, pimpinan unit, profesor, dosen, dan Prof Murakami sebagai wakil ketua Kantor Urusan Internasional FT UOM. Pada saat itu dipresentasikan rencana pembukaan Double Degree Program (DDP) antara MTS FT UR dan Master Program in Civil Engineering OUM. Kedua belah pihak sepakat untuk melaksanakan kegiatan tersebut pada tahun 2017. Kami juga mendapat kesempatan untuk berbincang dengan Vice Rector I UOM tentang berbagai peluang kolaborasi yang dapat dilaksanakan dengan Universitas Riau. Selain bertemu pimpinan universitas, kami mengunjungi project coastal di Miyazaki dan sekitarnya.

Kunjungan berikutnya ke Saga University untuk menemui Prof Arai di Faculty of Engineering. Setelah melakukan presentasi mengenai UR dan hasil riset terkini mengenai mitigasi bencana asap, Dr Ari dan Dr Sigit berpeluang melakukan kerja sama riset dengan Prof Arai. Sebelum kunjungan berakhir, kami sempat berdiskusi dengan Dekan Faculty of Engineering Saga University mengenai kemungkinan pelaksanaan MOU dengan Saga University pada tahun 2017. Beberapa tempat menarik di kota Saga sempat dikunjungi seperti Saga Castle dan Municipal Building untuk melihat pemandangan Saga dari tempat paling tinggi di kota itu.

Perjalanan ke Yamaguchi University dipandu oleh Sensei Yamamoto, kawan lama kami yang sering berkunjung ke Bengkalis, Riau. Setelah bertemu dengan Dekan Fakultas Teknik YM untuk diskusi mengenai potensi kolaborasi riset dan kerjasama, kami diantar untuk melihat-lihat kampus, mendengarkan presentasi mengenai riset sensei Yamamoto di Bengkalis dan makan siang di kafe kampus. Siang itu setelah shalat Dzuhur,  Prof Adrianto (Dekan FT UR), Dr Ari dan saya akan memberikan kuliah umum di depan mahasiswa dan dosen Faculty of Engineering YM. Terus terang inilah pengalaman pertama saya berbicara mengenai riset material untuk lahan gambut di luar negeri. Saya berharap lebih banyak kesempatan serupa untuk belajar memaparkan riset dan menarik minat kolaborasi mengenai bidang ini.

Setelah mengunjungi ketiga universitas tersebut, ada beberapa hal yang bisa dipelajari a) persiapan matang merupakan kunci efektivitas kerja sama, b) data lengkap dan akurat mengenai universitas perlu diperbarui secara teratur, c) lain padang lain belalang, kita harus bisa tepat waktu mengikuti jadwal mereka, d) eksekusi kegiatan dilaksanakan sesegera mungkin untuk tetap menarik minat kolaborator, e) agar kolaborasi internasional berhasil dengan baik, maka perlu melibatkan lebih banyak stakeholder dan unit kerja di universitas sendiri.

Pekanbaru,

Presentasi Project DIES-UNILEAD DAAD

Maret 2015

Setelah bekerja keras menyelesaikan project untuk workshop UNILEAD, saya dan teman-teman diundang kembali ke Universitat Oldenburg, Jerman, untuk mempresentasikan project tersebut pada Maret 2015.

Pada saat itu saya masih bekerja sebagai Deputi Manager bidang Eksternal di Kantor Urusan Internasional, Universitas Riau (2012-2015). Project yang saya kerjakan, “Development of a Strategic Planning Document for Internationalisation of Universitas Riau 2015-2019” diselesaikan dalam waktu 4 bulan (Oktober-Januari) dengan melibatkan lebih dari 50 stakeholders yang terdiri dari pimpinan eksekutif, kepala unit, ketua program studi/jurusan, guru besar, dan dosen. Strategic Planning Document (Renstra) tersebut dikembangkan dengan mengacu pada Visi dan Misi Universitas, Statuta dan Peraturan Menteri mengenai internasionalisasi universitas. Untuk mengerjakan dokumen tersebut, saya banyak dibantu oleh para pimpinan dan guru besar di Univ Riau dengan memperhatikan trend perkembangan internasionalisasi di universitas besar dan menengah di Indonesia. Selain itu dikembangkan juga dokumen “Student Exchange and Summer Program” bagi prodi/jurusan yang ingin membuka program tersebut.

Pelaksanaan presentasi dibagi menjadi 2 grup. Prof Frank Fischer, dosen Project Management, menyampaikan aturan untuk presentasi, yakni tidak boleh membuka laptop dan handphone, dan kami diminta untuk memberikan apresiasi, respek, berkonsentrasi dan feedback bagi presenter.

Project yang dilaksanakan oleh teman-teman peserta UNILEAD lain disesuaikan dengan bidang kerja dan tuntutan perkembangan di universitas masing-masing. Beberapa orang mengambil isu terkini di perguruan tinggi dunia seperti internasionalisasi, jaminan mutu dan e-learning. Peserta lain memilih program-program pengembangan untuk infrastruktur, SDM, gender, dan special program untuk Engineer.

Saya mendapat kesempatan pertama untuk presentasi di Grup 2. Hal-hal yang disampaikan adalah teknis pelaksanaan project, kendala yang dihadapi dan lesson learned dari project tersebut.

Tim kami mendapat aplaus meriah setelah memperlihatkan dua produk project ini yakni dokumen Renstra dan panduan pelaksanaan Student Exchange Summer Program. Disamping itu saya mendapat tawaran menulis paper secara kolaborasi dengan staf di kampus Oldenburg mengenai perkembangan internasionalisasi Universitas Riau.

Aktivitas ini menjadi salah satu milestone dalam pengembangan kapasitas diri dalam mengerjakan project dengan skala tingkat universitas yang melibatkan banyak unsur stakeholder pada waktu relatif singkat.

Pekanbaru,

Presentasi ‘Living and Studying in Australia’ dalam Seminar Cross Culture KUI UR

Salah satu faktor kesuksesan dalam studi di luar negeri adalah kemampuan adaptasi seseorang dengan budaya asing. Untuk mampu beradaptasi dengan cepat, kita harus mengetahui budaya negeri tempat studi, selalu berpikir positif tentang berbagai hal baru, dan belajar menerima secara adil.

Pada 10 Juni 2014, KUI UR mengadakan seminar Cross Culture dengan target audiens mahasiswa dan staf pengajar. Budaya yang dipaparkan berasal dari negeri Jepang, Inggris, dan Australia. Pembicara untuk seminar ini adalah Megan Elizabeth (UK) menerangkan tentang etika British dalam bergaul, Dr Sigit dan Dr Roza menjelaskan tentang studi dan budaya Jepang, serta saya yang mengenalkan tentang ‘Living and Studying in Australia’.

Tahap mempelajari informasi awal mengenai Australia dan budayanya pada saat itu saya lakukan pada minggu-minggu awal menjejakkan kaki di benua tersebut. Saya ingat di minggu pertama, saya melahap semua brosur, informasi, dan handbook yang diberikan dalam Welcome Package sehingga bisa lebih awal memahami berbagai hal mengenai tempat hidup baru selama 4 tahun berikutnya. Saya belajar mengenai berbagai keunikan orang Australia seperti suka menggunakan bahasa slank, multi kultural, egalitarian, menyukai gaya hidup sehat, outgoing, bangga dengan produk dalam negeri sendiri, cukup informal, menyukai alam dan laut, serta suka menyetir dengan kecepatan tinggi. Beberapa hal lain seperti part time job, time management, strategi studi, learning support, being a moslem in Australia, driving dan leisure activities juga menjadi beberapa topik menarik di kalangan audiens.

Ada beberapa hal yang harus kita navigasi dengan cepat pada awal-awal masa tinggal seperti itu, seperti sistem pemerintahan (agar tidak blank kalau orang menyebut Kevin Rudd, misalnya), jumlah negara bagian dan karakteristiknya (supaya tidak ketinggalan kalau orang berbicara mengenai state tertentu), tempat dan tipe akomodasi (karena masih dalam tahap mencari tempat permanen), tempat berbelanja groceries dan makanan halal (terutama di daerah-daerah tertentu), peta kampus (supaya tidak tersesat di kampus yang lumayan besar), peta dan jadwal transportasi publik ke kampus pulang-pergi atau ke tempat lain (agar efisien dan tidak ketinggalan bis melulus) serta tempat perkumpulan mahasiswa internasional (lebih cepat dapat teman, lebih baik).

Saya anjurkan teman-teman tidak malu-malu bergabung dengan teman-teman internasional, belajar dengan cepat menjadi bagian mereka sekaligus menemukan kesamaan-kesamaan (common ground) serta melakukan aktivitas bersama untuk memperlancar kemampuan komunikasi dan sinkronisasi pemikiran agar menjadi seorang mahasiswa yang mudah beradaptasi.

Pekanbaru,