Strategi untuk PhD Study

Tahun-tahun awal studi yang penuh ‘uncertainty’ menimbulkan banyak pertanyaan. Pada akhirnya ada beberapa pertanyaan yang muncul di awal studi PhD tentang strategi, seperti:

“Apakah cara terbaik yang pernah ada untuk menyelesaikan PhD study ini?”

“Keahlian apa saja yang harus saya miliki supaya studi berjalan lancar dan memberikan hasil yang baik?”

“Sistem organisasi informasi/pekerjaan/waktu atau sistem alokasi sumber daya seperti apa yang harus saya aplikasikan?”

Berbagai pertanyaan yang saya ajukan selama studi tersebut tidak mudah dijawab, kecuali ditemukan sendiri. Saya mungkin bisa menggunakan metode supervisor saya, atau supervisor teman atau teman sendiri, tetapi saya menyadari bahwa diri dan ‘nature of research’ tiap orang itu berbeda-beda. Kalau mau sukses melewati tahap ini, maka saya harus menemukan apa yang saya cari dan punya strategi sendiri untuk mengatasinya.

Untuk menjawab pertanyaan pertama di awal post tadi, saya memiliki jawaban seperti ini: “Style terbaik untuk PhD tergantung dari nature research dan personality. Kenali riset kita, dan cocokkan dengan personality. Misalnya seseorang yang introvert sulit meminta bantuan orang lain, padahal mereka membutuhkan bantuan banyak teknisi dalam melakukan persiapan eksperimen. Si introvert tadi harus belajar bersosialisasi dan mengutarakan permintaan bantuan teknis secara langsung dengan teknisi tanpa melewati supervisor.”

Untuk pertanyaan kedua: sudah saya jawab pada poin e) pada post sebelumnya.

Pertanyaan ketiga bisa dijawab seperti ini:

Untuk pengelolaan waktu, kita harus punya timetable dalam bekerja. Buat timetable besar untuk empat tahun, lalu timetable untuk tiap tahun. Dalam timetable tersebut, kita alokasikan waktu untuk eksperimen, untuk konferensi, untuk publikasi, maupun untuk laporan kemajuan bagi universitas asal, universitas tempat studi maupun sponsor.

Untuk pengelolaan sistem informasi, siapkan sistem back up di hard disk, lalu sinkronisasi komputer kampus dengan laptop pribadi secara berkala. Saya juga memanfaatkan beberapa flashdisk untuk riset, belajar, etc. untuk menghindari overlapping data. Data-data ditulis di log book lalu setelah rapi diprint untuk menghindari kehilangan data. Penggunaan log book dan buku timetable disarankan oleh Dr Wibirama di link berikut.

Alokasi resources/sumber daya sendiri untuk riset ternyata cukup rumit. Saya sering mengalami penundaan karena terlambat memesan bahan baku atau mencarinya. Hal-hal seperti ini perlu diantisipasi jauh-jauh hari dan didiskusikan dengan pengelola lab. Alamat supplier dan harga bahan perlu dikumpulkan kalau kita harus mengorder sendiri. Jika perlu, kita selalu siap dengan stock khusus untuk penelitian untuk menghindari keterlambatan dalam pengambilan data.

Pekanbaru,