Stuban Kampus

Ini hobi baru kami: saya dan suami, yang notabene ide murni dari suami.

Tiap mengunjungi sebuah kota untuk konferensi atau berlibur, kami berdua tidak lupa mampir ke kampus sebuah universitas di sana, khususnya laboratorium Jurusan Teknik Sipil. Tujuannya hanya ingin studi banding kecil-kecilan mengenai suasana akademik di kampus, perpustakaan, alat-alat di laboratorium, taman dan high-end tecnology yang mereka miliki.

Sebenarnya ada beberapa tempat yang kami incar untuk stuban:

Pertama, ruang jurusan dan laboratorium Teknik Sipil. Untuk tempat-tempat seperti ini, kunjungan kami bersifat semi formal. Kalau ada waktu kita minta izin kepada staf yang ditemui saat konferensi. Biasanya mereka akan menyediakan staf/teknisi/mahasiswa riset untuk mengantar kami berkeliling lab dan ruang kelas. Tetapi kalau tidak ada yang kami kenal di suatu kampus, kami mampir sekedarnya di lab-lab Teknik Sipil. Percaya diri saja, menyamar sebagai mahasiswa yang masuk lab. Kita bisa melihat jenis-jenis alat, tipe sampel dan kelengkapan lain yang belum dimiliki. Kalau lab sedang ditutup, kami tidak kehilangan akal. Karena saya seorang peneliti di bidang teknologi beton, maka dengan suka cita saya akan berkeliling tempat pembuangan/tempat parkir ‘sampah riset’ di dekat lab. Dengan demikian saya dapat mengamati berbagai tipe sampel yang telah selesai diuji. Biasanya sampel-sampel demikian hanya dapat dilihat di jurnal atau majalah ilmiah.

Kedua, perpustakaan dan toko buku di kampus. Kunjungan ke perpustakaan selalu menjadi bagian paling menarik. Saya kagum dengan konsep perpustakaan yang harus nyaman dan tidak kaku. Beraneka sofa warna-warni, lantai berlapis karpet tebal, benda-benda seni maupun benda kuno ditata dengan indah di dalamnya seperti di Univ of New South Wales, Sydney. Jurnal dan majalah terbaru terpajang di rak-rak yang bebas diakses semua orang. Pengunjung tidak dibatasi karena perpustakaan universitas di Australia tergolong perpustakaan umum. Tidak perlu menitipkan tas, karena mereka menggunakan security gate di depan pintu masuk perpustakaan. Tempat menarik lain adalah toko buku kampus. Tidak hanya menawarkan buku-buku teks dan alat tulis, tempat ini juga punya buku-buku penulis dari kampus sendiri. Persis di toko buku biasa, buku-buku yang tengah sale juga menjadi incaran mahasiswa dan saya.

Ketiga, suasana akademik. Sebenarnya cukup sulit menilai parameter abstrak ini kalau tidak jeli. Pengumuman mengenai riset, hasil riset, proyek yang sedang berjalan, seminar, konferensi dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan akademik terdokumentasi sangat rapi. Saya paling semangat melihat pengumuman list paper yang dihasilkan para staf pada tiap semester. Semua orang bisa membaca halaman depan paper tersebut dengan mudah, karena ditempel dalam papan berkaca.

Seminar-seminar rutin internal bertebaran di mana-mana. Inilah yang saya rindukan! Seminar-seminar gratis dari para staf pengajar dan Profesor tersebut sangat berguna untuk memperkaya sudut pandang saya tentang hal-hal di luar disiplin ilmu Teknik Sipil.

Selain itu, untuk meningkatkan suasana akademik, di tempat-tempat tertentu disediakan ‘common room’, untuk staf dan mahasiswa beristirahat, belajar dan makan siang. Suasana akademik yang baik juga diukur dari kemudahan akses internet di pojok kampus. Tanpa perlu berkumpul di perpustakaan, mahasiswa dapat mengakses informasi tak kenal ruang dan waktu.

Fasilitas lain yang superb, menurut saya adalah fasilitas olah raga di kampus. Kampus Curtin membanggakan gym yang sangat besar. Sedangkan kampus Univ Utara Malaysia memiliki track gokart dan lapangan golf sendiri. Kampus-kampus di tepi air seperti Univ of Western Australia boleh membanggakan fasilitas olah raga air, yang tidak jauh beda dengan arena rowing (kayaking) di George River, Cambridge.

Keempat, high-end technology. Pelan-pelan kami mulai mengenali tempat-tempat dengan high-end technology di lingkungan kampus. Beberapa contoh menarik misalnya solar panel untuk tenaga listrik surya di beberapa kampus. Di kampus Harvard, Boston, malah dipasang catatan penggunaan energi listrik yang digunakan di kampus saat itu juga dan jumlah penghematan energi yang dihasilkan lewat layar LCD. Gedung-gedung baru yang dibangun lewat kerjasama universitas dan industri dengan fasilitas high-end banyak mewarnai kampus-kampus tersebut. Tidak terbayang jenis-jenis peralatan yang ada di dalamnya, karena mayoritas disumbangkan langsung oleh pihak industri.

Terakhir, kami akan menikmati taman dan kebun sayuran di kampus. Area demikian sangat menyenangkan untuk membaca, mengerjakan pe-er, atau makan siang karena sangat bersih dan tertata dengan baik. Di bawah pohon dan pergola selalu ada bench, tempat duduk kayu yang berat, untuk duduk-duduk. Di taman-taman juga dipasang public art yang mengesankan. Misalnya saja patung Archimedes di bawah track Manchunian Way di UMIST, Manchester. Soal kebun sayur di dalam kampus? Well, kini saya sering melihat kebun sayur dikembangkan di taman kampus. Di depan gedung Start-Up, kampus Curtin Univ, Perth, dapat diamati tanaman seperti strawberry, brokoli, rubharb, celeriac yang selama ini belum pernah dilihat langsung.

Pekanbaru,