Tak perlu menunggu inspirasi

Aku memikirkan kata-kata Remy Silado dalam Kompas Minggu, 22 Juli 2012, berikut,

“inspirasi itu diperintah, bukan ditunggu. Kalau menunggu inspirasi, keburu jatuh miskin, haha… Motivasinya harus bekerja. Inspirasi itu cerita tahun 1950-an. Bahan sudah kita lihat dan kita simpat dalam daya kreatif. Sewaktu-waktu perlu kita panggil. Jadi kita perintah, bukan ditunggu”.

Beliau benar.

Menulis itu memang sebuah disiplin, tidak melulu karena dorongan inspirasi. Dan, inspirasi itu datangnya dari pengetahuan yang telah kita kumpulkan berdasarkan bacaan, pengalaman dan pemikiran. Jadi, untuk bisa menulis dengan baik, kita harus banyak-banyak mengumpulkan informasi sehingga terjadi proses kreatif dalam otak kita. Proses tersebut telah pernah saya jabarkan di link berikut ini.

Lebih lanjut lagi, para jurnalis dan penulis ahli menyarankan kita untuk menyimpan inspirasi yang datangnya sering tak diundang. Seringkali inspirasi tiba saat kita sedang berinteraksi atau mengalami sesuatu dalam kondisi tak bertemu laptop. Buku inspirasi bisa menjadi solusinya. Daripada kebingungan mencari inspirasi saat menulis, maka ‘tabungan’ topik inspirasi tadi bisa diutak-atik.

Mengembangkan inspirasi seperti sudah menyelesaikan 25% pekerjaan menulis. Sisanya, tinggal ‘memaksa’ diri untuk terus menuliskannya.

Pekanbaru,