G’day!

Assalamu’alaikum Wr Wb,

Jika ditanya mengapa jadi pengajar, saya juga tidak mengerti mengapa Allah mengaruniakan jalan ini kepada saya. Setahu saya, hobi mengajar adik dan teman-temannya menjadi modal untuk mengetahui bakat terendam ini. Lainnya, kesukaan belajar sesuatu yang baru dan menyukai dunia kampus membuat saya tidak keberatan menjadi pengajar. Apalagi suatu rahasia besar yang baru saya ketahui saat baru menjadi pengajar, adalah ‘jika ingin menguasai sesuatu, maka ajarkanlah hal tersebut kepada orang lain’. Artinya, sebelum kita bisa mengajarkannya kepada seseorang, kita harus mengetahui suatu pelajaran baru dapat mengajarkannya. Sukur-sukur, karena terlalu sering diajarkan, kita bisa mengamalkannya.

Setelah beberapa lama, saya bisa mengatakan kalau saya sangat menyukai menjadi seorang pengajar. Mengajar seperti aktor dan aktris sedang berakting, bisa mengatakan apa yang diketahui dan membaginya kepada audiens seperti mahasiswa. Apalagi tipikal saya yang suka berbagi informasi kepada orang-orang. Mengajar seperti memberikan tempat bagi diri saya yang suka meluahkan pengetahuan. Tiap pengajar juga mendapat kesempatan untuk selalu memperbarui ilmu mereka lewat belajar, membaca, seminar dan konferensi. Hal ini saya rasakan sebagai sebuah kekayaan melimpah yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Betapa menyenangkannya mengetahui kalau bunga lupin ternyata beracun, bangunan tinggi mengambil filosofi bambu hingga kepakan sayap burung hantu yang tidak berisik menginspirasi kipas mesin komputermu? Betapa menyenangkannya bisa memberikan info bahwa kapal Independence of the Seas memiliki 18 tingkat dan dapat memuat 6000 penumpang~ sama menariknya saat orang bercerita tentang kasus politik terbaru dalam berita televisi.

Ada hal lain yang membuat saya suka mengajar~ selain mendapat pahala dari Allah, yaitu tiap pertemuan dengan mahasiswa selalu memberikan berbagai inspirasi hidup. Ada yang pintar, sombong, kurang ajar, bahkan tidak jelas kepribadiannya, tetapi ada juga yang baik, patuh, peramah, sampai tidak percaya diri, depresi dan sering menjadi doormat orang-orang. Saya belajar bahwa tiap orang berbeda dan perlu keahlian untuk menghadapi mereka. Tidak hanya mendapatkan inspirasi, saya sering harus terjun sendiri mencoba menyemangati mahasiswa yang memerlukan semangat. Senang sekali rasanya kalau bisa menyemangati seseorang yang sebenarnya mampu, tetapi tidak memiliki pegangan, sehingga dengan sedikit dorongan mereka bisa sukses. Kita sendiri, yang telah pernah melewati jurang dan gunung berduri,  dapat menginspirasi mereka bahwa masa-masa sulit itu bukan milik mereka sendiri.

Hope they’ll be useful for us.

Wassalam,

Monita Olivia

Civil Engineering Department,

Faculty of Engineering

University of Riau

Pekanbaru, Indonesia